APBI sebut prospek ekspor batubara ke depan bakal stagnan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) dan batu bara merupakan komoditas yang nilai ekspornya tumbuh cukup tinggi pada bulan Mei 2019. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) kedua komoditas tersebut masing-masing masuk dalam kelompok ekspor lemak dan minyak hewan/nabati serta bahan bakar mineral. 

Lemak dan minyak hewan/nabati mengalami peningkatan nilai ekspor terbesar yakni US$ 178 juta sedangkan bahan bakar mineral meningkat US$ 112 juta. 

Kendati bulan lalu meningkat, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyampaikan prospek ekspor batu bara tidak terlalu positif.


Pasalnya saat ini kondisi pasar global sedang kelebihan stok alias oversupply sehingga kenaikan tingkat ekspor akan menekan harga. Kondisi tersebut menggambarkan tingkat permintaan yang lemah dan diikuti penurunan harga. 

"Pasar global tahun ini diproyeksikan stagnan, atau tidak lebih banyak dibanding tahun lalu," jelas Hendra kepada Kontan.co.id, Senin (24/6). 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa kenaikan ekspor CPO dan batu bara hanya pola musiman. Pasalnya dari data Januari-Mei 2019 nilai ekspor bahan bakar mineral turun 4,59% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) sementara lemak dan minyak hewan/nabati bahkan turun lebih tajam yaitu 17,87% yoy. 

Penurunan tersebut terjadi karena tekanan harga. CPO misalnya, volume ekspor mengalami peningkatan 7,9% tetapi harganya turun hingga 14,7%. Sedangkan harga batu bara juga turun hingga 21,9%.

Padahal BPS menjelaskan data yang mereka terima dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) menunjukkan kenaikan volume ekspor.  Adapun, BPS baru saja merilis neraca perdagangan pada bulan Mei 2019 surplus US$ 207,6 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli