KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) terus menunjukkan tren yang menanjak. Setelah meningkat dalam tiga bulan terakhir di 2020, HBA 2021 dibuka dengan US$ 75,84 per ton. HBA bulan Januari 2021 itu naik US$ 16,19 per ton atau 27,14% dibandingkan bulan Desember tahun 2020, yaitu US$ 59,65 per ton. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyampaikan, prospek permintaan batubara tahun 2021 diperkirakan lebih cerah dibanding tahun lalu. Merujuk laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), pulihnya kembali ekonomi global pada 2021 diperkirakan bakal mendorong rebound jangka pendek bagi permintaan batubara setelah pada tahun lalu permintaan menurun akibat pandemi covid-19. Adapun, kenaikan HBA di Januari 2021 merupakan rerata dari empat index pembentuk HBA pada bulan Desember 2020. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh naiknya permintaan batubara di musim dingin, terutama oleh China, yang juga sebagai akibat keterbatasan (shortage) supply pasokan domestik batubara di sana.
APBI: Tidak menutup kemungkinan produksi batubara tahun ini bakal lebih tinggi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) terus menunjukkan tren yang menanjak. Setelah meningkat dalam tiga bulan terakhir di 2020, HBA 2021 dibuka dengan US$ 75,84 per ton. HBA bulan Januari 2021 itu naik US$ 16,19 per ton atau 27,14% dibandingkan bulan Desember tahun 2020, yaitu US$ 59,65 per ton. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyampaikan, prospek permintaan batubara tahun 2021 diperkirakan lebih cerah dibanding tahun lalu. Merujuk laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), pulihnya kembali ekonomi global pada 2021 diperkirakan bakal mendorong rebound jangka pendek bagi permintaan batubara setelah pada tahun lalu permintaan menurun akibat pandemi covid-19. Adapun, kenaikan HBA di Januari 2021 merupakan rerata dari empat index pembentuk HBA pada bulan Desember 2020. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh naiknya permintaan batubara di musim dingin, terutama oleh China, yang juga sebagai akibat keterbatasan (shortage) supply pasokan domestik batubara di sana.