JAKARTA. Kendati banyak peritel mengeluhkan mahalnya tarif gerai dan toko di pusat perbelanjaan, namun Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengaku bisnisnya tak akan surut. Stefanus Ridwan, Ketua Umum APPBI mengatakan bagaimana pun setiap peritel akan membutuhkan toko offline. Dirinya meyakini tidak semua barang bisa dijual dengan skema online, apalagi khusus untuk barang-barang yang memiliki resiko dan harga yang mahal. Hal ini yang menurutnya tidak akan menyurutkan bisnis pusat perbelanjaan atau mall. Selain itu kebutuhan masyarakat untuk mengecek barang juga membuat gerai atau toko masih sangat dibutuhkan ke depannya. "Bisnis pusat perbelanjaan tidak akan berkurang, karena kami tahu mana produk yang bisa dijual di online saja dan mana yang bisa dijual di offline saja," ujarnya ketika ditemui KONTAN di Kementerian Perdagangan, Senin (17/7) kemarin. Selain itu, masih banyak orang yang suka datang ke pusat perbelanjaan karena pelayanan dan fasilitas yang memuaskan. Biasanya interaksi di pusat perbelanjaan yang secara langsung akan lebih diingat dan diapresiasi pelanggan. Oleh karena itu, dirinya menjamin prospek bisnis pusat perbelanjaan masih akan baik ke depannya. "Ada orang yang datang karena ingin ada pelayanannya, karena ada orang yang tak puas hanya baca katalog saja tetapi dia butuh diterangin langsung," lanjutnya. Selain itu, kendati ada sebagian peritel melakukan kerjasama dengan platform digital, namun pihaknya membutuhkan gerai atau toko fisik. Selain itu, bila selisih harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan online, tentunya konsumen akan lebih memilih barang di pusat perbelanjaan untuk meminimalkan risiko. "Berani tidak kita beli barang puluhan juta lewat online? tidak kan, karena risikonya terlalu besar," lanjutnya. Oleh karena itu, pembangunan mall atau pusat perbelanjaan ke depan tidak akan berkurang. Memang di satu daerah ada pusat perbelanjaan yang masih sepi, namun di daerah lain juga banyak pusat perbelanjaan yang sangat ramai.
APBI yakin bisnis pusat perbelanjaan tak surut
JAKARTA. Kendati banyak peritel mengeluhkan mahalnya tarif gerai dan toko di pusat perbelanjaan, namun Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengaku bisnisnya tak akan surut. Stefanus Ridwan, Ketua Umum APPBI mengatakan bagaimana pun setiap peritel akan membutuhkan toko offline. Dirinya meyakini tidak semua barang bisa dijual dengan skema online, apalagi khusus untuk barang-barang yang memiliki resiko dan harga yang mahal. Hal ini yang menurutnya tidak akan menyurutkan bisnis pusat perbelanjaan atau mall. Selain itu kebutuhan masyarakat untuk mengecek barang juga membuat gerai atau toko masih sangat dibutuhkan ke depannya. "Bisnis pusat perbelanjaan tidak akan berkurang, karena kami tahu mana produk yang bisa dijual di online saja dan mana yang bisa dijual di offline saja," ujarnya ketika ditemui KONTAN di Kementerian Perdagangan, Senin (17/7) kemarin. Selain itu, masih banyak orang yang suka datang ke pusat perbelanjaan karena pelayanan dan fasilitas yang memuaskan. Biasanya interaksi di pusat perbelanjaan yang secara langsung akan lebih diingat dan diapresiasi pelanggan. Oleh karena itu, dirinya menjamin prospek bisnis pusat perbelanjaan masih akan baik ke depannya. "Ada orang yang datang karena ingin ada pelayanannya, karena ada orang yang tak puas hanya baca katalog saja tetapi dia butuh diterangin langsung," lanjutnya. Selain itu, kendati ada sebagian peritel melakukan kerjasama dengan platform digital, namun pihaknya membutuhkan gerai atau toko fisik. Selain itu, bila selisih harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan online, tentunya konsumen akan lebih memilih barang di pusat perbelanjaan untuk meminimalkan risiko. "Berani tidak kita beli barang puluhan juta lewat online? tidak kan, karena risikonya terlalu besar," lanjutnya. Oleh karena itu, pembangunan mall atau pusat perbelanjaan ke depan tidak akan berkurang. Memang di satu daerah ada pusat perbelanjaan yang masih sepi, namun di daerah lain juga banyak pusat perbelanjaan yang sangat ramai.