JAKARTA. Pemerintah bergerak cepat menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015. Paling lambat, draf RAPBNP akan maju ke DPR Januari. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memastikan akan banyak perubahan di draf tersebut. Perubahan terjadi mulai dari asumsi makro, hingga target penerimaan dan anggaran belanja. Hal ini untuk menyesuaikan perkembangan perekonomian terkini, serta program-program pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Wajar saja, APBN 2015 merupakan hasil karya pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Di asumsi makro, Bambang memastikan meski tahun ini ekonomi melambat tapi tahun depan bisa tumbuh tinggi.
Target pertumbuhan ekonomi tetap sebesar 5,8%. Perubahan terjadi pada inflasi dari 4,4% menjadi 4,7%-4,9%, nilai tukar rupiah dari Rp 11.900 menjadi Rp 12.000 per dollar Amerika Serikat (AS), serta harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Bambang menjelaskan, ICP dalam RAPBN-P 2015 akan berada di bawah US$ 100 per barel. Saat ini dalam APBN 2015 target ICP US$ 105 per barel. Penurunan ini imbas dari harga minyak dunia yang semakin murah. Tentu saja, perubahan asumsi makro membuat pendapatan dan belanja negara berubah. Penurunan ICP dari US$ 105 ke level di bawah US$ 100 per barel akan menurunkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas yang lumayan besar. Namun Bambang enggan merinci. Mengacu Nota Keuangan APBN 2015, perubahan tiga asumsi makro itu memang mempengaruhi pendapatan dan belanja, sehingga berefek pada pembiayaan. Perhitungan KONTAN, dengan melihat sensivitas APBN 2015 terhadap perubahan asumsi makro, perubahan tiga asumsi makro tersebut berdampak positif. Perubahan ICP, inflasi, dan nilai tukar rupiah memberikan kelebihan pembiayaan sekitar Rp 22,85 triliun hingga Rp 23,25 triliun. Namun, Bambang mengingatkan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta pengurangan setoran dividen dari perusahaan pelat merah. Pemangkasan setoran bagi hasil laba BUMN akan terjadi pada pos perusahaan di bidang pembangunan infrastruktur. Seperti PT Pelindo, PT Hutama Karya, PT Angkasa Pura, dan PT Jasa Marga. "Ini dalam konteks memperkuat permodalan mereka dalam menambah proyek infrastruktur," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (9/12). Tak hanya itu, Kementerian BUMN mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) ke BUMN yang akan menjalankan proyek infrastruktur. Sebelumnya jumlah anggaran PMN di APBN 2015 mencapai Rp 7,32 triliun, naik 37,85% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,31 triliun.