KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Apexindo Pratama Duta Tbk (
APEX) bakal memfokuskan penggunaan
capital expenditure (capex) pada tahun ini untuk optimalisasi
rig-rig eksisting. General Manager Corporate Finance and Investor Relations APEX Pretycia Darma bilang penggunaan capex untuk memastikan kualitas
rig agar dapat bekerja optimal. "Khususnya pada
rig-rig lepas pantai yang telah mendapatkan kontrak dan siap bekerja untuk klien," jelas Pretycia kepada Kontan.co.id, Selasa (20/4). Kendati demikian, Pretycia masih belum bisa merinci lebih jauh jumlah capex untuk tahun ini. Yang terang, alokasi capex seluruhnya berasal dari internal perusahaan. Selain itu, capex juga tidak digunakan untuk pembelian aset baru melainkan fokus pada perawatan
rig eksisting. Hingga saat ini tercatat tiga rig milik APEX telah berkontrak.
APEX mendapatkan kontrak untuk Rig Yani dari Pertamina Hulu Mahakam untuk durasi kontrak 1,5 tahun dan opsi perpanjangan 1 tahun ditambah 1 tahun. Adapun total nilai kontrak tersebut mencapai US$ 68 juta. Rencananya, pekerjaan tersebut akan dimulai pada April 2021. Sementara itu, untuk Rig Maera juga telah mendapatkan kepastian kontrak di 2020 dari Pertamina Hulu Mahakam, yang pengerjaannya akan dimulai pada kuartal II-2021. Adapun untuk nilai kontrak kontrak tersebut US$ 18,7 juta.
Baca Juga: Apexindo Pratama Duta berharap dapat mencatatkan pertumbuhan kinerja di tahun ini Lalu, Rig Raniworo dimana merujuk amandemen kontrak antara APEX dengan PHE Nunukan Company, PHE Anggursi dan PHE WMO maka akan ada pengerjaan tiga sumur. Nilai kontrak untuk tiga kegiatan sumur ini sekitar US$ 13,7 juta. Pretycia memastikan pihaknya mengantisipasi adanya pertumbuhan kinerja untuk tahun ini ketimbang tahun 2020 dengan kontrak-kontrak baru yang bakal digarap tahun ini. "Kami memperkirakan pendapatan akan lebih baik dibanding tahun 2020 yang akan menghasilkan laba positif bagi perusahaan," kata Pretycia.
Berharap pada panas bumi Pretycia melanjutkan saat ini APEX juga masih mempelajari peluang di sektor panas bumi. Pasalnya tercatat ada sejumlah rig yang pernah digunakan untuk pengeboran panas bumi.
Antara lain Rig 4 telah mengerjakan proyek panas bumi jangka panjang di Gunung Salak, Gunung Drajat dan juga di Lahendong. Kemudian Rig 9 di Hululais, Bengkulu dan Rig 10 untuk pengerjaan panas bumi di Batu Raden, Jawa Tengah. Di sisi lain, potensi panas bumi tanah air dinilai juga menjadi sentimen positif untuk masuk ke sektor tersebut. Kendati demikian, Pretycia mengakui saat ini APEX belum melihat aktivitas signifikan dari pengeboran panas bumi. "Kami berharap Pemerintah akan lebih aktif memaksimalkan potensi tersebut sehingga membuka peluang bagi Apexindo untuk berpartisipasi mendukung pengembangan sektor panas bumi di dalam negeri," pungkas Pretycia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .