APGRI: Industri bisa gunakan garam rakyat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keluhan dari pelaku industri agar pemerintah mengimpor garam untuk pemenuhan kebutuhan ditanggapi dingin oleh Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI). APGRI menilai, produksi garam rakyat bisa digunakan untuk kebutuhan industri.

"Industri terutama industri aneka pangan bisa menggunakan garam rakyat terlebih dahulu," ujar Ketua APGRI, Jakfar Sodikin kepada KONTAN, Minggu (29/10).

Jakfar bilang, petani rakyat saat ini sudah banyak yang mampu memproduksi garam kualitas satu. Hal tersebut merupakan dampak dari penggunaan geomembran.


Garam kualitas satu yang dihasilkan petani mencapai kadar natrium klorida (NaCl) sebesar 95%. Meski masih di bawah batas minimal kadar NaCl garam industri yang sebesar 97%, tetapi garam tersebut bisa digunakan untuk industri aneka pangan.

Regulasi yang membedakan garam industri dan konsumsi, dinilai Jakfar, membuat industri dapat dengan mudah melakukan impor. Selain itu, pengolahan garam industri yang berbarengan dengan garam konsumsi membuat kemungkinan garam industri merembes ke pasar garam konsumsi.

Mengatasi hal tersebut diperlukan regulasi yang menyamakan garam konsumsi dan garam industri. Selain itu, APGRI juga bilang, pemahaman regulator diperlukan untuk melihat spesifikasi garam dan permintaan impor. Hal tersebut dianggap dapat melindungi produksi garam rakyat.

Saat ini, panen garam rakyat masih berlangsung. Menurutnya, hasil panen garam petani bisa mencapai 1,25 juta ton. Angka tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan garam tahun ini.

"Tahun ini jangan impor dulu karena petani masih panen dan mencukupi kebutuhan," terang Jakfar.

Produksi garam nasional belum mampu memenuhi kebutuhan industri. Selain spesifikasi yang masih di bawah standar industri, jumlah produksi pun dinilai masih kurang.

Berdasarkan keterangan Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), kebutuhan garam industri mencapai 3,4 juta ton per tahun. "Kebutuhan garam industri sekitar 3,4 juta ton dan rata-rata naik 2% hingga 3% tiap tahun," jelas Tony Tanduk, Ketua AIPGI kepada KONTAN, Jumat (27/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie