APHI: 34 Perusahaan minati investasi penerapan energi biomasa melalui program HTE



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mengungkapkan saat ini sedikitnya sudah ada 34 perusahaan anggota APHI yang sudah berminat berinvestasi untuk penerapan energi biomasa melalui Program Hutan Tanaman Energi (HTE). Adapun 10 di antaranya sudah mencatatnya ke dalam Rencana Kerja Usaha (RKU).

Minat investasi ini lahir karena pelaku industri melihat peluang dari arah dunia yang tengah menuju penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan sehingga energi biomasa nantinya akan menjadi salah satu pilihan utama. Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga mengamanatkan dalam Undang-undang No.30/Th.2007 Tentang Energi bahwa pada tahun 2025 mendatang 23% bauran energi nasional harus datang dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT).  Saat ini, sumbangan EBT untuk bauran energi Nasional baru mencapai 9,1%.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Indroyono Soesilo mengatakan Sumberdaya kehutanan, melalui Hutan Tanaman Energi (HTE), dapat memberikan sumbangsihnya untuk meningkatkan penggunaan energi biomasa di tanah air, baik berupa pellet kayu, serpih kayu maupun serbuk gergajian. “Hutan Tanaman Energi merupakan masa depan energi biomassa Indonesia, karena menjadi sumber  bahan baku energi biomasa secara berkelanjutan bagi pembangkit tenaga listrik sendiri, memasok kelebihan energi listrik ke PLN dan diekspor” ungkapnya dalam keterangan resmi, Senin (19/10).


Baca Juga: Begini upaya Japfa dalam memperkuat ketahanan pangan nasional di masa pandemi

Guna mendukung target bauran energi 23% pada tahun 2025, saat ini Perum Perhutani, salah satu anggota APHI, tengah melakukan uji coba program co-firing, yaitu menggabungkan pasokan batubara dan sumberdaya biomasa, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Paiton, Jawa Timur, dan dalam   waktu dekat akan diujicobakan pula di PLTU Cikarang Listrindo, Jawa Barat. 

Di samping itu, menurutnya APHI juga siap mendukung program de-dieselisasi pembangkit tenaga listrik yang masih menggunakan minyak solar, terutama di kawasan timur Indonesia, dan digantikan dengan bahan baku energi biomasa yang biayanya lebih murah dibandingkan dengan harga minyak solar. 

“Kami sedang melakukan penjajakan untuk uji coba penggunaan energi biomasa untuk program de-dieselisasi pembangkit listrik di Pulau Bawean, Jawa Timur” ujar Indroyono.

Saat ini, dunia tengah menuju ke energi bersih dan ramah lingkungan. Pada tahun 2030, Jepang dan Korea telah mentargetkan untuk mengganti PLTU Batubara menjadi PLTU Energi Biomasa. Permintaan bahan baku pellet kayu, serpih kayu serta briket arang dari Indonesia terus meningkat, walaupun nilai ekspor energi biomasa Indonesia ke luar negeri baru mencapai US$ 50 juta.

Keunggulan positif penggunaan EBT di antaranya lebih sustainable dibanding energi fosil, industri-industri kehutanan terdorong untuk melakukan transformasi menjadi integrated industries, sehingga bisnis hutan bisa segera pulih dan bangkit kembali.

Baca Juga: Pembinaan intensif terhadap petani sawit swadaya menjadi tanggungjawab semua pihak

“Dengan penggunaan energi biomasa yang bahan bakunya 100% ada di Indonesia dan upaya menanam, memelihara dan memanen Hutan Tanaman Energi merupakan program berkelanjutan, maka diharapkan Indonesia akan menjadi pusat energi biomasa dunia, dapat menarik investasi serta membuka lapangan kerja yang luas, sesuai amanat UU Cipta Kerja,” pungkas Indroyono. 

Selanjutnya: Anak usaha Japfa (JPFA) menyetor Rp 9,8 miliar pada perusahaan patungan indukan udang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi