API: Kenormalan baru bisa mempercepat penerapan industri 4.0 pada industri TPT



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua tahun lalu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkenalkan road map industri 4.0 di Indonesia ke lima sektor industri prioritas salah satunya Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Namun, belum tuntas implementasi peta jalan tersebut, tahun ini dunia industri dihadapkan dengan kenormalan baru akibat pademi Covid-19. 

Untungnya, industri TPT menyambut baik kebijakan kenormalan baru karena diyakini bisa melecut laju implementasi industri 4.0 menjadi lebih kencang. 

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto menjelaskan, inti dari industri 4.0 adalah mempersiapkan semua orang untuk bisa lebih efisien dan produktif. Marwahnya bukan mengurangi tenaga kerja, justru dengan jumlah karyawan yang sama hasilnya bisa lebih banyak. 


Baca Juga: Mantap, baju APD buatan Sritex penuhi standard internasional WHO

Lebih lanjut dia bilang, pada tahun 2018, saat dicanangkannya industri 4.0, pengusaha menganggap masih ada waktu untuk melaksanakannya. Namun dengan adanya new normal, implementasinya bisa dipercepat agar kegiatan ekonomi dan bermasyarakat tetap bisa dijalankan lancar. 

"Adanya new normal otomatis menjadi katalis positif bagi industri 4.0 bahkan implementasi teknologi bisa menjadi pilar kenormalan baru agar berjalan lebih lancar," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5). 

Sebab tak bisa dimungkiri kalau industri TPT tersungkur akibat wabah Corona. Buktinya saat ini rata-rata utilisasi industri TPT nasional sudah anjlok karena pasar dalam negeri maupun luar negeri terhambat corona. 

Sebelumnya Sekretaris Jenderal API Rizal Tanzil Rakhman mengatakan, API sudah memproyeksikan industri TPT tidak akan tumbuh di tahun ini karena utilisasi rata-rata nasional sudah di bawah 10% 

Baca Juga: Dibayangi pandemi corona, ekspor industri manufaktur naik 7,14% di Januari-April 2020

"Penyebabnya tidak ada pasar baik lokal maupun ekspor, pembatalan order oleh bayer sehingga pabrik sudah pada tutup. Kondisi saat ini sudah sangat berat," jelas dia beberapa waktu lalu. 

Oleh karenanya, Anne menegaskan satu-satunya cara untuk normalisasi (utlisasi pabrik) adalah digitalisasi dan otomasi. Sebab dengan keduanya, produksi menjadi lebih efisien dan maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari