Apin terinspirasi di Yogya, mengibarkan bendera bisnis di Lampung (2)



Ilpin Hawadi memulai usaha mebel dengan bahan baku kayu dan paku dari sisa-sisa proyek. Dengan usaha terus menerus, ia pun bisa mengumpulkan modal dan mencari pemasok kayu berkualitas dari Jepara. Namun, ia tertimpa kemalangan karena kebakaran gudang yang menghabiskan seluruh modalnya.Menjadi seorang pengusaha sukses memang sudah menjadi cita-cita Ilpin Hawadi atau Apin sejak kecil. Baginya, menjadi seorang pengusaha memiliki nilai lebih karena bisa membantu membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas. Lahir di Ogan Hulu, 8 Oktober 1969, Apin dibesarkan dari keluarga pengusaha. Setelah menyelesaikan pendidikan STM di Palembang, pada tahun 1988 ia merantau ke Yogyakarta dan melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Ia kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Jurusan Teknik Arsitektur.Setelah terkendala masalah biaya, akhirnya ia kembali ke kampung halaman pada tahun 1991. Walau gagal menyelesaikan kuliah, Apin tidak pulang dengan tangan hampa. Ia sudah memiliki ilmu yang mumpuni untuk bisa berwirausaha.Apin semakin yakin dengan usaha mebel karena ia melihat prospeknya yang bagus. Selama kuliah di Yogyakarta, ia melihat banyaknya permintaan rak-rak buku dan meja belajar. "Saat itu saya terpikir pesaing di Yogya mungkin banyak, tapi tidak di Palembang atau Lampung," ujarnya.Tahun 1993, ia memulai usaha pembuatan mebel di Bandar Lampung. Ia membidik pasar mahasiswa untuk menjajakan meja atau rak buku. Karena modalnya belum cukup, ia memperoleh bahan baku seperti kayu dan paku dari sisa-sisa proyek. "Untungnya saya bisa memperoleh gratis dari penjaga proyek," kenangnya.Dengan modal utama keahlian menggambar dan kerja keras, usahanya berkembang pelan tapi pasti. Ia juga melanjutkan kuliah di Universitas Lampung Jurusan Manajemen untuk mendukung pengelolaan usahanya. Dengan memiliki kenalan mulai dari mahasiswa hingga dosen di kampus, Apin makin mudah memasarkan produk-produknya. "Pemasaran dari mulut ke mulut saat itu lebih efektif," ujarnya.

Setelah hampir tiga tahun bergelut dalam pembuatan dan perakitan mebel, ia mendirikan CV Karya Cipta Utama. Usaha ini terus tumbuh sehingga Apin memiliki cukup modal untuk mengembangkan usaha di Palembang, daerah asalnya.Tahun 2000, ia membuka kantor baru di Palembang. Ia mempercayakan pengelolaan usaha di Lampung kepada adiknya.Apin pun menjalin kerjasama dengan beberapa perajin asal Jepara. Dengan begitu, Apin bisa mendapatkan pasokan bahan baku jati yang murah. "Mereka saya bayar per barang mentah yang dikirimkan," kata Apin. Dengan pemasok ini, ia tidak perlu khawatir dengan persediaan bahan baku.Setelah ia mulai dikenal konsumen di Bandar Lampung dan Palembang, Apin meminjam Rp 250 juta ke salah satu bank pemerintah pada tahun 2007.Ia memakai uang ini untuk memenuhi gudangnya di Palembang dengan bahan mentah mebel yang dikirim dari Jepara. Dengan rencana itu, ia berniat menjual setelah Lebaran ketika para pesaingnya baru mau memenuhi stok gudang.Malang tidak bisa ditolak. Tiga hari menjelang lebaran gudangnya terbakar habis. "Saya sempat frustrasi dan bingung," ujar Apin. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi