Apindo desak BI turunkan suku bunga agar ekonomi bertumbuh dan investasi masuk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih tetap mempertahankan suku bunganya di level 6%. Padahal, menurut konsensus BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga karena beberapa bank sentral lainnya telah memangkas suku bunga mereka serta The Fed menunjukkan sikap yang dovish.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, sebenarnya mereka berharap BI memangkas suku bunga agar bisa menggerakkan ekonomi. Apalagi aksi The Fed yang dovish tahun ini juga membuat banyak bank sentral menurunkan suku bunga.

"Indonesia sendiri menurut kami mungkin sudah saatnya untuk melakukan penurunan agar investasi bisa ikut tumbuh dan pelaku usaha bisa mengembangkan bisnisnya," jelas Shinta saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/6).


Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah kelanjutan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Menurutnya, para pelaku usaha melihat kondisi ini akan berlangsung lama sehingga mereka harus melakukan relokasi investasi. Sehingga apabila terjadi relokasi investasi, suku bunga Indonesia juga harus kompetitif agar bisa mengundang investor masuk ke dalam negeri.

Selain itu, Shinta juga melihat saat ini sentimen pasar terhadap Indonesia juga cukup positif. Untuk itu, menurutnya, seharusnya BI sudah bisa menurunkan suku bunga. "Momentum yang baik ini harus dimanfaatkan," jelasnya.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Rabu, (20/6) sejalan dengan keputusan menahan suku bunga, BI melihat bahwa eskalasi ketegangan hubungan dagang yang meningkat makin memengaruhi dinamika perekonomian global.

Hal ini dapat memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, yang kemudian mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang ke negara maju alias flight to quality. Perkembangan ini memberikan tantangan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing.

Selain itu BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 melandai akibat ekspor yang turun. Eskalasi perang dagang juga berdampak pada penurunan kinerja ekspor Indonesia karena permintaan global turun dan harga komoditas ikut terseret.

BI juga memperkirakan defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) meningkat sesuai dengan pola musiman.

Meskipun begitu, BI tetap terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga. Ini sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 

Shinta pun berharap BI bisa menurunkan suku bunga dalam RDG bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli