Apindo: Harus ada evaluasi terhadap investor di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat terjadi penurunan investasi di kuartal III tahun ini sebear 1,6% dibandingkan kuartal III tahun lalu.

Realisasi invetasi di kuartal III sebesar Rp 173,8 triliun, sementara realisasi investasi di kuartal III tahun lalu yang sebesar Rp 176,6 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani berpendapat penurunan investasi ini wajar terjadi mengingat pertumbuhan ekonomi dunia yang juga melambat. Hal ini menyebabkan masing-masing investor menarik diri dan masing-masing negara saling berebut investasi.


Hariyadi berpendapat, supaya investasi di Indonesia dapat meningkat, maka pmerintah perlu melakukan evalusasi terhadap investor-investor di Indonesia, dan mendengarkan komentar-komentar yang diberikan.

"Komentarnya seperti apa harus didengarkan, komplainnya apa saja, dan harus serius ditangani," ujar Hariyadi kepada Kontan.co.id, Selasa (30/10).

Hariyadi pun mengatakan, Indonesia juga harus menjaga persepsi positif dunia untuk menarik investor. Karena masing-masing negara sedang bersaing saat ini, maka investor yang masuk harus dijaga dan dilayani dengan baik.

Menurut Hariyadi, kebijakan pun harus menjadi perhatian. Kebijakan terebut mulai dari masalah perizinan, perpajakan, bahan baku, hingga distribusi mata rantai perdagangan.

Sementara itu, adanya insentif fiskal yang diberikan pemerintah kepada pengusaha masih dianggap tidak berpengaruh besar pada investasi. "Insentif memang butuh, tetapi eksekusinya seperti apa. Jangan sampai saat eksekusi sulit didapatkan," tutur Hariyadi.

Tak hanya itu, Hariyadi pun menyoroti serapan tenaga kerja di Indonesia. Hariyadi menilai saat ini investasi yang banyak masuk ke Indonesia merupakan industri padat modal. Padahal, menurutnya, pemerintah harus tetap memperhatikan industri padat karya. Mengingat kebanyakan tenaga kerja di Indonesia masih lulusan sekolah menengah ke bawah.

"Padat modal memang harus kita kejar, tetapi kalau investasi itu kualitas menyerao tnaga kerjanya tidak bagus juga akan muncul masalah tidak adanya keseimbangan penyerapan. Yang terserap nanti hanya menengah atas," tutur Hariyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti