Apindo: Revolusi industri 4.0 patut diantisipasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Revolusi industri 4.0 yang mulai berlangsung patut diwaspadai 5 tahun ke depan.

Direktur eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana menyarankan hal tersebut harus diantisipasi. Perkembangan teknologi yang melatari revolusi tersebut berdampak besar bagi perekonomian.

"Industri 4.0 akan mereduksi banyak jumlah lapangan kerja di Indonesia," ujar Danang saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/12).


Revolusi industri 4.0 berdampak bagi serapan tenaga kerja ke depan. Danang bilang belum siapnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia akan menghasilkan banyak pengangguran.

Perubahan industri tidak hanya berdampak bagi pengurangan tenaga kerja yang sudah ada. Hal itu juga akan menurunkan serapan tenaga kerja bagi angkatan kerja yang baru lulus.

"Ketidaksiapan lulusan baru di Indonesia baik S1 atau vokasi karena masih memakai kurikulum lama sehingga tidak dipandang industri saat ini," terang Danang.

Danang bilang saat ini sekitar 20% lulusan universitas masih belum terserap industri. Selain itu angka lapangan kerja juga tidak bertumbuh sesuai dengan bertumbuhnya investasi.

Akibat hal tersebut, pemerintah pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) terpilih nantinya akan berurusan dengan masalah kemiskinan.

Selain itu, masalah ekonomi yang patut diwaspadai adalah nilai tukar rupiah. Danang menilai bila tidak ada tindakan yang melepas ketergantungan akan dollar, maka situasi ekonomi Indonesia akan berbahaya.

Nilai tukar tersebut juga akan berdampak pada cadangan devisa Indonesia. Upaya penurunan rupiah saat ini diungkapkan Danang berdampak bagi penurunan cadangan devisa.

"Kita benar-benar habis-habisan dengan cadangan devisa kita kalau dikeluarkan terus bisa habis mengingat cadangan devisa kita terendah di ASEAN," jelas Danang.

Sementara itu harga bahan bakar fosil dinilai tidak akan menjadi masalah dalam 5 tahun ke depan. Meski ada fluktuasi tetapi hal itu tidak akan separah pada 5 tahun lalu.

Selain itu, perang dagang pun tidak akan menjadi ancaman bagi Indonesia 5 tahun ke depan. Danang menilai hal itu dinilai bersifat sementara, tetapi tetap diperlukan pasar non tradisional untuk melepas ketergantungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto