Apindo: tonjolkan tenaga kerja dalam review IJEPA



JAKARTA. Langkah Indonesia dan Jepang mereview kembali perjanjian sektor ekonomi dalam wadah Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) diapresiasi para pengusaha. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar mengatakan, dalam review tersebut diharapkan pemerintah lebih menonjolkan sektor ketenaga kerjaan di samping masalah liberalisasi komoditas. "Permasalahan kita setiap tahun, penambahan jumlah orang yang memasuki usia kerja, yang itu harus diserap, kalau tidak akan menimbulkan kerawanan sosial. Industri berorientasi padat karya itu perlu," kata Sanny, Rabu (4/3). Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Bachrul Chairi mengatakan, review IJEPA difokuskan pada peningkatan peran Jepang dalam meningkatkan ekspor barang dan jasa Indonesia ke Jepang dan dunia.  

Dalam review IJEPA, pemerintah RI akan menagih pengurangan tarif yang dijanjikan Jepang dalam IJEPA. Jepang sudah berjanji memberikan akses yang lebih luas bagi produk pertanian, kehutanan, kelautan serta beberapa produk industri dari Indonesia. Meski belum final, namun pengusaha Jepang telah memberi sinyal positif   pada rencana review IJEPA. Pengusaha Jepang menyatakan minatnya meningkatkan investasi di Indonesia.

Misalnya, di sektor otomotif , Toyota berkomitmen menambah investasi hingga terjadi peningkatan 25% dalam dalam tiga tahun. Pabrikan otomotif yang lain, seperti Mitsubishi dan Honda juga akan meningkatkan investasinya di negara kita. Sekadar catatan, Jepang adalah negara terbesar nomor dua di bidang investasi asing yang masuk ke Indonesia. Pada periode 2010 hingga kuartal III tahun 2014, nilai investasi Jepang mencapai US$ 11,4 miliar dengan 2.314 proyek atau 10,34%  dari total nilai investasi asing di Indonesia. Mayoritas investasi Jepang berada di sektor industri kendaraan bermotor , alat transportasi lain (otomotif), serta industri logam, mesin dan elektronik.


Nilai investasi Jepang pada sektor otomotif mencapai US$ 5,99 miliar atau 71,84% dari total investasi asing. Sementara pada industri logam, mesin dan elektronik, nilai investasi Jepang sebesar US$ 1,9 miliar atau 19,49% dari total investasi asing. Pada dasarnya, neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang, baik sebelum dan sesudah perjanjian IJEPA, surplus bagi Indonesia. Di 2004 lalu, Indonesia meraih surplus perdagangan sebesar US$ 4,7 miliar. Sebelumnya, pada periode Januari-Oktober 2013, Indonesia juga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$ 6,2 miliar.

Namun yang perlu dicatat,  meskipun masih surplus, namun selama periode 5 tahun IJEPA -yakni mulai tahun 2009-2013- surplus Indonesia tersebut cenderung menurun sebesar 3,9%. Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef), mengatakan, dalam review IJEPA ini pemerintah harus benar-benar memetakan secara jelas sektor ekonomi yang menjadi prioritas. "Selama ini kita tidak tahu yang kita butuhkan, yang mempunyai keunggulan di sektor apa," tandas Enny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Mesti Sinaga