Apindo Yakin Industri Manufaktur Tumbuh Positif pada Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) percaya kinerja industri manufaktur nasional dapat terus tumbuh positif pada 2024 mendatang.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan industri manufaktur atau industri pengolahan tercatat sebesar 5,20% year on year (YoY) pada kuartal III-2023. Kinerja industri manufaktur mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,94% pada periode yang sama.

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menyampaikan, kinerja industri manufaktur Indonesia memang berada dalam tren positif beberapa tahun terakhir.


Walau begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi geopolitik dunia yang bergejolak dan fluktuasi harga komoditas mempengaruhi kondisi industri manufaktur, terutama bagi perusahaan yang berorientasi ekspor.

Baca Juga: Industri Tekstil Menghadapi Sejumlah Kendala pada Tahun Ini

Apindo pun menyebut, subsektor manufaktur yang padat karya seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki masih terkontraksi.

“Sementara itu, industri makanan dan minuman masih cukup bagus kontribusinya, meski bisa lebih ditingkatkan,” ujar dia, Selasa (26/12).

Selain itu, pada dasarnya subsektor manufaktur yang berasal dari hilirisasi sumber daya alam seperti nikel, bauksit, dan lain-lain akan terus berkontribusi terhadap pertumbhuan industri manufaktur secara keseluruhan.

Untuk tahun 2024, Apindo memperkirakan bahwa industri manufaktur akan tetap menjadi kontributor utama produk domestik bruto (PDB) nasional dengan proyeksi pertumbuhan tidak kurang dari 5%.

Keberadaan Pemilu tidak akan jadi penghambat kinerja industri manufaktur asalkan berjalan dengan aman. Terlepas dari itu, pemerintah diharapkan memperhatikan hal-hal fundamental seperti kepastian hukum, konsistensi terhadap setiap kebijakan, tata kelola pelayanan usaha yang jelas dan cepat, serta minimalisir korupsi.

Baca Juga: Pasca Ledakan Smelter, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi Strategi Hilirisasi Nikel

"Industri manufaktur juga harus meningkatkan skill para pekerjanya menyesuaikan perkembangan teknologi yang berlangsung cepat," kata Shinta.

Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan manufaktur harus menyesuaikan praktik bisnisnya dengan memperhatikan aspek environmental social governance (ESG) yang selaras dengan perlindungan terhadap lingkungan hidup dan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi