Apkasindo Proyeksikan Produksi CPO Turun hingga 10% pada Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) memproyeksikan bahwa produksi Crude Palm Oil (CPO) akan menurun 5%-10% di tahun 2024.

Ketua Umum Apkasindo Gulat ME Manurung mengatakan turunnya produksi CPO disebabkan oleh aktivitas agronomis sepanjang tahun 2022 dan 2023 seperti minimnya pemupukan, faktor iklim dan tidak membaiknya harga CPO berdampak pada harga tandan buah segar (TBS) yang rendah.

"Dampak perlakuan agronomis sawit akan terlihat jelas pada 16-24 bulan kemudian. Faktor utamanya daya beli petani sawit menurun untuk belanja sarana produksi seperti pupuk," kata Gulat kepada Kontan, Minggu (22/1).


Baca Juga: Gapki Prediksi Kinerja Ekspor Minyak Sawit Indonesia Menurun pada Tahun 2024

Volume Ekspor Menurun

Gulat menerangkan total volume ekspor minyak sawit seperti CPO dan produk turunan lainnya mencapai 30,24 juta ton di tahun 2023 atau turun sebesar 1,81% sebesar 30,804 juta ton di tahun sebelumnya.

"Dominasi ekspor Indonesia tahun 2023 adalah refinery product sebesar 72,28%, sementara ekspor dalam bentuk CPO hanya 6,74%," ucapnya.

Sementara untuk tahun 2024, Gulat juga memproyeksikan volume ekspor CPO bakal turun 2%-5% akibat tingginya serapan domestik. 

"Volume ekspor CPO dan turunannya akan menurun seiring dengan meningkatnya konsumsi dalam negeri akibat berbagai hal seperti rencana peningkatan mandatori program B35 ke B40 atau B50 dan meningkatnya kebutuhan pangan lainnya," ungkapnya.

Baca Juga: Penguatan Harga CPO Diperkirakan Masih Berlanjut, Ini Pendorongnya

Lebih lanjut, Gulat mengungkapkan program B35 akan menyerap 13,15 juta kiloliter Fatty acid methyl ester (FAME). Sementara total produksi FAME Indonesia tahun 2023 sebesar 10,615 juta ton. Serapan FAME untuk biodisel hingga kuartal III 2023 mencapai 8,9 juta kilo liter dan FAME yang di ekspor hanya 446 ribu ton.

"Jadi selisih pemakaian dalam negeri dengan produksi FAME Indonesia sangat tipis. Jika sesuai dengan target Pemerintah pemakaian FAME untuk B35, tentu produksi FANE Indonesia dipastikan tidak cukup untuk B35," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .