APKI Ungkap Peluang dan Tantangan Bisnis Pulp and Kertas Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menungkapkan peluang dan tantangan bisnis pulp dan kertas pada 2024. Pelaku industri pulp dan kertas akan memanfaatkan peluang dan mewaspadai sejumlah tantangan yang akan dihadapi industri ini.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), konsumsi kertas per kapita Indonesia tergolong rendah di angka 32 kilogram (kg) pada tahun 2022.

Jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada, dan Jepang, mereka memiliki tingkat konsumsi kertas mencapai 200 kg per kapita. Hal ini menunjukkan adanya potensi untuk peningkatan konsumsi per kapita di pasar domestik.


Baca Juga: Bisnis Pulp dan Paper Diproyeksikan Tumbuh Signifikan di Semester II-2023

Selain itu, permintaan akan kertas kemasan (packaging) dan tisu terus mengalami peningkatan di dunia. Era e-commerce dibutuhkan kemasan box atau sejenisnya kerap digunakan untuk mengemas paket barang yang dibeli oleh masyarakat.

Tren gaya hidup sehat juga mendorong penggunaan tisu dan kertas untuk kemasan pangan yang dianggap lebih aman dan sustainable untuk lingkungan dibandingkan plastik.

Hal ini didukung dengan data ekspor kertas kemasan pangan Indonesia sebesar 18.000 ton di tahun 2022 di mana mengalami peningkatan sebesar 49,7% dari 12.000 ton pada tahun 2021.

Investasi pada sektor ini juga tergolong tinggi dibandingkan industri agro lainnya. Berdasarkan datar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2023, investasi industri kertas dan barang dari kertas di periode Januari - September 2023 mencapai Rp 39,11 triliun, baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang menempatkan sektor ini di urutan kedua investasi terbesar di industri agro setelah industri makanan.

Baca Juga: Kinerja Emiten Pulp and Paper Tetap Menarik Tahun Depan, Cek Rekomendasi Analis

Industri pulp dan kertas masih memiliki peluang yang begitu besar. Namun, industri ini juga menghadapi tantangan dan hambatan.

Ketua Umum APKI Liana Bratasida mengatakan, ada tantangan internasional dan domestik yang harus dihadapi oleh industri pulp dan kertas. Ia menjelaskan, dari sisi tantangan Internasional, dampak dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Sejak RCEP diberlakukannya pada 2 Januari 2023, industri kertas di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam bentuk persaingan yang tidak seimbang.

"Produk kertas dari China dapat memasuki pasar Indonesia dengan tarif 0%, sementara produk serupa dari Indonesia dikenai tarif sekitar 5%-7% ketika di ekspor ke Tiongkok," kata Liana kepada Kontan.co.id, Kamis (4/1).

Baca Juga: TGKA dan ASSA Membidik Peluang Segar Bisnis Gudang Berpendingin

Hal ini, kata dia, menimbulkan urgensi untuk diskusi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok untuk menciptakan kondisi perdagangan yang lebih adil serta harus ada aksi mitigasi untuk melindungi industri di dalam negeri.

Editor: Noverius Laoli