MOMSMONEY.ID - Aplikasi seluler telah menjadi pusat perhatian dalam kehidupan sehari-hari konsumen. Semua kegiatan jadi serba mudah dan praktis bila dilakukan melalui aplikasi di
smartphone. Namun, di satu sisi, semakin beragam aplikasi yang digunakan, data pribadi jadi semakin rentan untuk tersebar dan disalahgunakan. Oleh sebab itu, pengamanan siber di aplikasi juga harus diutamakan dan tidak kalah penting dari keamanan siber di laman atau
website.
Perlindungan aplikasi seluler yang terdiri dari keamanan aplikasi seluler, pertahanan
malware, pencegahan penipuan, dan privasi kini menjadi hal yang penting dalam cara konsumen memilih dan menggunakan aplikasi seluler. Dan, juga penting dalam menentukan pilihan mereka untuk tetap menggunakan dan mempromosikan suatu
brand. Survei yang dilakukan Appdome, sebuah perusahaan penyedia jasa perlindungan aplikasi seluler mengungkapkan bahwa jumlah pengguna aplikasi itu lebih besar daripada
website. Sehingga, perlindungan aplikasi seluler menjadi penting. Angkanya, 55,3% orang cenderung akan lebih memilih menggunakan aplikasi di
handphone untuk bertransaksi daripada menggunakan
website (22,5%). Hal ini beriringan dengan kebiasaan masyarakat yang sebanyak 67,4% responden lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan
handphone. Bahkan, semakin banyak pengguna yang bergantung pada lebih dari 11 aplikasi dalam setiap harinya.
Baca Juga: Bank Mandiri Taspen Perkuat Kesadaran Pegawai Terkait Keamanan Siber Tapi, di satu sisi, ancaman siber jadi meningkat dan bisa terjadi pada siapa saja. Sebab, para pihak yang tidak bertanggungjawab tersebut bisa menggunakan sistem dalam aplikasi yang kurang perlindungan siber, untuk berbuat yang merugikan pengguna aplikasi. Survei Konsumen Global Tahunan ke-4 tentang Keamanan Aplikasi Seluler di konferensi Open Web Application Security Project (OWASP) Global AppSec mengungkapkan, pengguna akhir perangkat seluler sangat menyadari akan meningkatnya ancaman keamanan, penipuan, dan privasi saat mereka menggunakan aplikasi seluler. Dan, menuntut agar
brand dan perusahaan seluler untuk bergerak memberikan pertahanan nyata pada ancaman-ancaman tersebut. Bahkan, data dari survei mengungkapkan bahwa ada tantangan bagi seluruh industri seluler untuk meningkatkan perlindungan aplikasi seluler yang canggih. Alan Bavosa, VP Produk Keamanan di Appdome, mengatakan, serangan yang berbasis AI akan membawa risiko aplikasi seluler ke tingkat yang baru.
Brand serta perusahaan seluler perlu mengubah model pengiriman siber mereka untuk menghadapi ancaman yang semakin cepat juga menjaga kepercayaan dan keterlibatan pengguna pada platform seluler. Andrew Van Der Stock, Direktur Eksekutif OWASP, bilang, bagaimanapun tim keamanan dan pengembangan aplikasi seluler harus terus memperbarui perlindungan aplikasi seluler mereka seiring dengan tuntutan industri. "Para profesional di bidang siber bekerja tanpa kenal lelah untuk menjaga aplikasi, jaringan, transaksi, dan pengguna agar tetap aman sementara teknologi Kecerdasan Buatan dan serangan lainnya meningkat," ujar Tom Tovar, salah satu pencipta dan CEO Appdome.
Baca Juga: Respons Insiden Keamanan Siber, APJII Bentuk Satgas Khusus Perlindungan aplikasi seluler dari penipuan,
malware, bot dan jenis kejahatan lain meningkat dalam aplikasi selular
brand dan perusahaan di mana pun. Sebanyak 99.5% konsumen global menuntut perlindungan total dalam aplikasi seluler termasuk data aplikasi seluler, integritas akun, login, penyimpanan data, data dalam perjalanan, perlindungan dari malware dan penipuan. Sebab, sebanyak 70.6% konsumen global pernah atau mengenal seseorang yang pernah menjadi korban rekayasa sosial atau serangan penipuan. "Sayangnya, ketika pengguna aplikasi seluler terkena penipuan, penggunalah yang seringkali harus menanggung sendiri akibatnya," kata Tom. Padahal, jika
brand bekerjasama dengan Appdome mereka bisa melindungi konsumernya di garda terdepan.
Angka menunjukkan, sebesar 83.5% konsumen global menuntut brand untuk secara proaktif mencegah terjadinya penipuan seluler daripada mengganti biaya yang mereka keluarkan setelah terjadinya penipuan. Sebanyak 94,6% pun menyatakan, mereka akan menjadi pendukung brand untuk brand ponsel yang melindungi aplikasi dan penggunaan mereka. Lebih dari separuh (53,6%) mengatakan, mereka akan menggunakan bentuk dukungan tertinggi, seperti ulasan toko aplikasi dukungan media sosial. Sebaliknya, konsekuensi untuk aplikasi yang tidak aman akan merugikan brand. Sebanyak 96,7% responden menyatakan, mereka akan meninggalkan
brand seluler karena gagal melindungi aplikasi dan penggunaannya. Lalu, 73.9% mengatakan, mereka juga akan mendorong orang lain untuk meninggalkan
brand seluler tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Danielisa Putriadita