Aplikasi untuk Makanan Berlebih dari Hotel, Katering, Restoran



MOMSMONEY.ID - Pebisnis hotel, katering, dan restoran kerap mengalami kondisi makanan berlebih setiap harinya. Makanan ini, jelas masih sangat bisa dikonsumsi, bukan makanan sampah. Ada banyak cara menyalurkan makanan berlebih, salah satunya melalui aplikasi yang dapat diakses masyarakat luas.

Selain ikut mengurangi sampah makanan, Anda pun dapat menikmati sajian dari hotel, katering, restoran dengan harga miring. Tertarik? Berikut beberapa platform tersebut. 

"Sebelumnya, aku pernah tahu tentang pengelolaan food waste di Eropa, itu bagus sekali, yaitu dengan jual harga diskon untuk makanan yang sudah dekat masa kedaluwarsanya atau bahkan bisa didapatkan secara gratis. Sekarang, di Indonesia kita juga bisa melakukan hal itu," kata Khairunisa.


Simak platform apa saja yang bisa Anda gunakan untuk menyelamatkan makanan berlebih agar tidak berakhir menjadi sampah.

1.  Surplus

Startup Surplus hadir menjembatani tempat jual makanan dan minuman untuk menjual stok makanan berlebih kepada konsumen. Alhasil, stok makanan berlebih yang berpotensi sia-sia apabila tidak habis terjual, bisa laku dengan harga diskon. Melalui aplikasi Surplus, pengguna bisa membeli dengan setengah harga makanan dan minuman yang berlebih dari toko. Pengguna akan mendapat rekomendasi dari toko makanan dan minuman yang sudah bermitra dengan Surplus sesuai jarak terdekat mereka. Surplus menjamin kelayakan dan rasa makanan dan minuman layak juga aman untuk dikonsumsi, belum kadaluarsa, bahkan belum tersentuh. 

Pengguna bisa memilih metode pengambilan: ambil sendiri atau pakai jasa kurir.

Dari sisi pengusaha makanan dan minuman, Surplus bisa menjadi solusi atas stok makanan di toko yang tidak habis terjual. Jadi, pengusaha bisa dapat keuntungan 50% dari setiap stok makanan berlebih yang terjual. Dengan begitu, bisa menutupi biaya produksi dan tidak terjadi kemubaziran.

Mengutip laman Surplus.id, ada fitur alarm sebagai pengingat untuk segera menghabiskan stok di hari itu. Aplikasi Surplus juga memungkinkan pengusaha makanan dan minuman untuk menjual dalam waktu yang fleksibel. Kategori produk yang dijual di aplikasi ini adalah minuman, camilan, roti dan kue, buah dan sayur, makanan vegan, bahan makanan, makanan berat.

Mitra Surplus yang sudah mendukung aksi Zero Food Waste ini antara lain Arthotel, Beau&Bakery, Courtyard by Marriott, Puyo, dan masih ada ratusan mitra lainnya yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Jogja, Surabaya, dan Bali.

Aplikasi Surplus sudah masyarakat unduh sebanyak 100.000 kali.

Baca Juga: Ini 9 Ruang Tunggu Bandara Terbaik di Dunia

2. Food Cycle

Makanan berlebih yang FoodCycle selamatkan biasanya bersumber dari pesta pernikahan, toko roti, makan siang perusahaan, supermarket, FMCG, dan sebagainya. FoodCycle memiliki misi untuk memutus siklus kelaparan masyarakat kurang mampu dan mendistribusikan kembali kelebihan makanan yang belum tersentuh. Selain itu, FoodCycle juga memproses kembali produk yang tidak sempurna dan mendaur ulang sisa makanan.

Sejak berdiri di 2017, FoodCycle sudah bekerjasama dengan lebih dari 130 organisasi mitra. Mereka terdiri dari komunitas masyarakat prasejahtera, pemulung, panti asuhan, panti jompo, sekolah anak jalanan, shelter pengungsi, dan masih banyak lagi. Sementara jumlah penerima manfaat sudah mencapai lebih dari 120.000 penerima manfaat.

Dari jumlah partisipasi masyarakat untuk menyelamatkan makanan berlebih tersebut, Kukuh, PR Marketing FoodCycle, mengatakan, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya sampah makanan berlebih memang telah meningkat.

"Namun, masih perlu adanya upaya lebih lanjut untuk mencapai tingkat yang diharapkan," ujarnya, Rabu (3/4).

Memang, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menyelamatkan makanan berlebih di level individu, rumahtangga, hingga bisnis masih menjadi tantangan bagi FoodCycle untuk edukasi.

Hanya, "Semoga ke depan, perilaku konsumsi masyarakat Indonesia jadi lebih bijak," ungkap Kukuh. Meski begitu, FoodCycle terus berupaya memperbanyak kerjasama dan partisipasi masyarakat secara aktif. Salah satunya, terus mengedukasi tentang pentingnya menyelamatkan makanan berlebih, melakukan kampanye melalui media sosial dan acara tatap muka, serta berkolaborasi dengan pihak terkait seperti perusahaan makanan, restoran, dan supermarket.

Di satu sisi, untuk memastikan kelangsungan operasional platform ini, FoodCycle menggalang dana dengan menjual produk seperti kue dan saus tomat yang terbuat dari bahan makanan yang berlebih.

Kukuh menjelaskan, FoodCycle tidak memonetisasi bisnis, dalam artian mencari keuntungan finansial dengan aktivitas yang mereka lakukan. Mereka memilih menjalankan platform untuk menciptakan dampak sosial yang positif.

Cuma, agar bisa beroperasi, FoodCycle bergantung pada dukungan para donatur dan mitra serta penggalangan dana yang dijalankan. "Harapan FoodCycle adalah bisa terus berkembang dan memberikan dampak yang semakin besar bagi masyarakat yang membutuhkan makanan," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendrika