KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penjualan mobil premium memang tak ada matinya. Meski gejolak ekonomi masih belum stabil, namun permintaan di konsumen roda empat selalu ada. Menurut Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) jika customer mobil medium dan low segmen sensitif terhadap kondisi ekonomi, kebalikannya terjadi pada pelanggan mobil premium. Baca Juga: Stimulasi pasar, BMW Luncurkan Seri 7 terbaru "Sedangkan customer di segmen menengah ke atas dan kendaraan premium tidak rentan terhadap itu, justru pertimbangan mereka soal keamanan dan kecocokan dengan kendaraan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/10). Kecenderungan kendaraan premium sebagai leisure product menyebabkan strategi marketingnya sedikit berbeda dengan kendaraan pada umumnya. Potongan harga atau kemudahan kredit tak jadi soal asalkan model kendaraan yang disukai tersedia. Fransiscus atau yang akrab disapa Soeryo bilang, misalnya untuk jenis Alphard sebagai model mobil Toyota yang masuk kategori premium, jika stok yang tersedia warnanya berbeda dengan yang diinginkan pelanggan maka belum tentu unit yang modelnya sama itu diambil. Oleh karena itu kata Soeryo, APM harus punya modal yang pas dengan segmen pasarnya. Di TAM, perusahaan terus melakukan riset tentang berbagai tren dan kebutuhan pengguna mobil tersebut agar dapat menentukan skala permintaannya.
APM tetap optimistis permintaan segmen mobil premium tetap eksis
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penjualan mobil premium memang tak ada matinya. Meski gejolak ekonomi masih belum stabil, namun permintaan di konsumen roda empat selalu ada. Menurut Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) jika customer mobil medium dan low segmen sensitif terhadap kondisi ekonomi, kebalikannya terjadi pada pelanggan mobil premium. Baca Juga: Stimulasi pasar, BMW Luncurkan Seri 7 terbaru "Sedangkan customer di segmen menengah ke atas dan kendaraan premium tidak rentan terhadap itu, justru pertimbangan mereka soal keamanan dan kecocokan dengan kendaraan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/10). Kecenderungan kendaraan premium sebagai leisure product menyebabkan strategi marketingnya sedikit berbeda dengan kendaraan pada umumnya. Potongan harga atau kemudahan kredit tak jadi soal asalkan model kendaraan yang disukai tersedia. Fransiscus atau yang akrab disapa Soeryo bilang, misalnya untuk jenis Alphard sebagai model mobil Toyota yang masuk kategori premium, jika stok yang tersedia warnanya berbeda dengan yang diinginkan pelanggan maka belum tentu unit yang modelnya sama itu diambil. Oleh karena itu kata Soeryo, APM harus punya modal yang pas dengan segmen pasarnya. Di TAM, perusahaan terus melakukan riset tentang berbagai tren dan kebutuhan pengguna mobil tersebut agar dapat menentukan skala permintaannya.