KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah agen pemegang merek (APM) truk nasional dapat bernapas lega seiring potensi permintaan yang tinggi dari segmen pertambangan tahun ini. Hanya saja, bukan berarti tantangan industri truk hilang begitu saja. Salah satu sentimen positif yang dapat mempengaruhi kinerja industri truk tahun ini adalah lonjakan produksi komoditas batubara nasional. Baru-baru ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyetujui 587 dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) dengan total tonase produksi batubara sebanyak 922,14 juta ton pada 2024. Angka ini jauh melampaui realisasi produksi batubara nasional pada 2022 yakni 765 juta ton.
Hal ini menjadi angin segar bagi industri truk nasional yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami penurunan kinerja penjualan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) truk nasional terkoreksi 37% year on year (YoY) menjadi 9.926 unit per Februari 2024. Penjualan retail (dealer ke konsumen) truk nasional juga menyusut 33% YoY menjadi 10.373 unit. Baca Juga:
Optimisme Pemain Kendaraan Niaga Melayani Peningatan Arus Logistik Marketing and Business Development Head UD Trucks Astra Motor Indonesia Christine Arifin menyampaikan, di atas kertas kenaikan produksi batubara akan mengangkat permintaan truk dari para produsen atau kontraktor tambang komoditas tersebut. "Namun, hal ini harus diimbangi dengan harga batubara yang di atas harga ekonomisnya, sehingga para produsen batubara mau menambah investasinya untuk truk angkutan," kata dia, Senin (1/4). UD Trucks tidak menyebut target penjualan truk untuk segmen pertambangan tahun ini. Yang terang, pihak UD Trucks sudah memperhitungkan potensi pertumbuhan permintaan dan kebutuhan konsumen dari sektor pertambangan. Sementara itu, Chief Operating Officer Hino Motor Sales Indonesia Santiko Wardoyo memperkirakan, permintaan truk dari sektor pertambangan akan mulai melonjak pada pertengahan tahun nanti. Sedangkan pada awal tahun ini, banyak produsen tambang yang masih bersikap
wait and see karena perhelatan Pemilu 2024. Ditambah lagi, curah hujan pada awal tahun ini cukup tinggi, sehingga mempengaruhi aktivitas pertambangan di berbagai daerah. "Mungkin sebulan setelah Lebaran penjualan truk untuk sektor tambang akan kembali naik, termasuk truk Hino," imbuh dia, Senin (1/4).
Impor Truk China
Di sisi lain, menjamurnya truk impor dapat China di beberapa kawasan tambang mineral dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis APM truk nasional. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor dengan kode harmonized system (HS) 87042369 tercatat sebanyak US$ 113,26 juta pada 2023 atau naik 31,73% YoY dibandingkan tahun sebelumnya yakni US$ 85,99 juta. Sebagian besar HS ini adalah truk diesel yang dikirim dari China ke pelabuhan Morowali, Weda, dan Pulau Obi yang dekat dengan kawasan tambang mineral.
Baca Juga: Mitsubishi Fuso Optimistis Dapat Raih Penjualan Truk Optimal Tahun Ini Christine mengaku, truk-truk UD Trucks sulit masuk ke kawasan tambang mineral yang dimiliki perusahaan China. Pasalnya, investor China tersebut mendatangkan truk dan alat beratnya langsung dari negara asal, alih-alih memanfaatkan produk yang ada di pasar domestik. Santiko menambahkan, truk-truk impor asal China belum tentu memiliki kualitas produk yang setara dengan truk dari APM lokal, salah satunya dalam aspek standar emisi. Namun demikian, ini semua kembali pada pilihan konsumen. "Kami tetap fokus pada peningkatan kualitas produk dan layanan purnajual agar truk-truk Hino bisa laris di pasar tambang," tandas Santiko.ttr Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari