APP Sinar Mas optimistis kinerja ekspor pulp Indonesia segera pulih



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri bubur kayu (pulp) tidak mengkhawatirkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya penurunan ekspor komoditas pulp sebanyak US$ 36 juta pada Mei dibandingkan April 2018.

Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata menyatakan, data nasional yang dihimpun BPS merupakan penurunan sementara yang bakal diiringi dengan kepulihan permintaan ekspor pada audit Juni ini. "Penurunan itu sementara dan tidak signifikan, dan secara overall tidak ada alasan tertentu, justru ada kenaikan," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/6)

Sayangnya Suhendra tidak berkomentar panjang mengenai realisasi angka produksi maupun ekspor pulp maupun kertas milik holding.


Sekadar mengingatkan saja, APP Sinar Mas membawahi sejumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang kertas, di antaranya adalah PT. Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT OKI pulp and Paper.

Banyak mengenai perkembangan pabrik milik holding di Ogan Komering Ilir. Asal tahu, Kamis (27/6) akan diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang mana adalah anak perusahaan dari APP Sinar Mas.

Suhendra memaparkan, pihak direksi berencana untuk memaparkan perkembangan terbaru bisnis holding serta emiten dalam agenda RUPS tersebut.

Pabrik yang menelan investasi hingga Rp 35 triliun itu memiliki kapasitas 2,8 juta ton pulp per tahun. Dari produksi itu, rencananya sebanyak 500.000 ton pulp akan dialokasikan untuk produksi kertas tisu.

Produk tisu akan ditujukan untuk pasar ekspor ke China. Adapun kontribusi pendapatan diprediksi bisa menyumbang sebesar US$ 90 juta sampai US$ 100 juta.

Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, proyeksi industri bubur kertas dunia sedang relatif cerah. Hal ini disebabkan oleh adanya tren kenaikan harga kertas di mana pada tahun 2017, harga kertas internasional dicatat di US$ 636 per ton. Tahun ini harganya kembali naik ke level US$ 764 per ton, dan tahun depan diprediksi bisa naik lagi jadi US$ 825 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto