KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) membeberkan penyebab kinerja industri multifinance tumbuh melambat. Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno mengatakan, salah satu penyebabnya, yaitu adanya pelemahan daya beli masyarakat yang memang dirasakan begitu nyata oleh perusahaan multifinance. "Daya beli masyarakat pada kenyataannya memang tak terangkat. Meski dikatakan sudah deflasi lima bulan berturut-turut, harga barang-barang juga sudah enggak mahal, tetapi kenyataannya memang tak ada daya belinya," ucapnya kepada Kontan, Selasa (17/12).
Suwandi beranggapan kemungkinan masyarakat saat ini begitu menjaga pengeluaran mereka, termasuk menjaga tabungan mereka, untuk kebutuhan pribadi yang lebih menjadi prioritas. Dengan demikian, masyarakat akan menahan pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Alhasil, perusahaan pembiayaan juga terkena dampak.
Baca Juga: 5 Multifinance Sampaikan Laporan Realisasi Akuisisi oleh Investor Asing Hal itu juga akan membuat masyarakat mengukur kemampuan bayar mereka terlebih dahulu sebelum mengajukan kredit. Suwandi mengatakan masyarakat tentu tak mau nanti ujung-ujungnya mengalami kredit macet dan tercantum nama mereka di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) akibat tak bisa membayar kredit. "Sekarang, kalau orang mau beli kendaraan, mereka juga mesti mengukur kemampuan bayarnya. Kalau suatu saat malah kena SLIK (akibat tak bisa bayar kredit), tentu bisa lebih parah lagi bagi mereka," tuturnya. Selain itu, maraknya perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga menjadi penyebab lesunya pertumbuhan industri. Sebab, Suwandi bilang nasabah perusahaan pembiayaan juga sebagian merupakan karyawan perusahaan. Alhasil, karyawan-karyawan yang terkena PHK itu akan berpikir kembali untuk mengajukan kredit. Suwandi juga mengatakan lesunya penjualan kendaraan jadi faktor penyebab lainnya. Sebab, dia bilang hampir lebih dari 60% perusahaan multifinance bergerak di sektor otomotif. "Perusahaan pembiayaan tentu sangat bergantung kepada pembiayaan otomotif," ungkapnya. Lebih lanjut, Suwandi mengatakan sebenarnya industri multifinance juga telah berjuang mencari cara untuk mendongkrak pertumbuhan pada tahun ini. Dia menerangkan industri pada akhirnya harus memanfaatkan peluang di pembiayaan modal kerja dan multiguna yang bersifat produktif, termasuk skema refinancing.
Baca Juga: WOM Finance Pesimistis Pembiayaan Industri Pembiayaan Tumbuh Dobel Digit di 2024 "Namun, ternyata tidak membantu pertumbuhan. Jadi, begitu nyata kami susah mau tumbuh," kata Suwandi. Sebagai informasi, piutang pembiayaan industri multifinance tercatat tumbuh makin melambat dan menjauhi pertumbuhan dobel digit.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan multifinance sebenarnya sempat tumbuh dobel digit sebesar 10,18% Year on Year (YoY) pada Agustus 2024. Selanjutnya, tumbuh melambat menjadi 9,39% YoY pada September 2024, lalu menjadi 8,37% YoY pada Oktober 2024 dengan nilai sebesar Rp 501,89 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari