APPI memproyeksi piutang pembiayaan akan tumbuh 7% pada 2019, ini penopangnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri pembiayaan di tahun depan diperkirakan masih akan moncer seiring dengan kenaikan laba industri. Salah satu penopang laba industri pembiayaan adalah kenaikan piutang pembiayaan. Untuk tahun depan, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memperkirakan piutang pembiayaan masih akan tumbuh 7% dibanding tahun ini.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, kenaikan piutang pembiayaan, efisiensi dan perbaikan kualitas perusahaan juga turut mempengaruhi kenaikan laba.

Ia memproyeksikan, piutang pembiayaan tahun depan masih akan tumbuh 7%. “Kalau tahun depan kami masih proyeksikan pertumbuhannya hampir sama dengan tahun ini,” kata Suwandi saat dihubungi Kontan.co.id pada Senin (17/12).


Asal tahu saja, hingga Oktober 2018 kenaikan piutang pembiayaan tercatat sebesar 6% menjadi Rp 435,54 triliun dari Rp 411,19 triliun pada Oktober 2017 

Menurutnya, peningkatan piutang pembiayaan ini paling banyak disumbang oleh kegiatan usaha investasi dan multiguna. “Tentunya dengan kenaikan investasi dan multiguna, mencetak laba yang kenaikannya cukup lumayan tinggi,” kata dia.

Data OJK menunjukkan, pembiayaan untuk investasi meningkat 11%, dari Rp 117,18 triliun pada Oktober 2017 menjadi Rp 130,26 triliun pada Oktober 2018. Sementara itu, usaha multiguna meningkat 6,3% dari Rp 239,29 triliun pada Oktober 2017 menjadi 254,32 triliun pada Oktober 2018.

Kemudian, jika dilihat dari sektor ekonominya, yang mengalami peningkatan paling besar selama dua tahun ke belakang adalah sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, perdagangan mobil dan sepeda motor, jasa persewaan, serta transportasi dan pergudangan.

Piutang pembiayaan pertambangan dan penggalian misalnya, pada Oktober 2016 mencatatkan sumbangan sebesar Rp 18,23 triliun, naik menjadi Rp 23,75 triliun pada Oktober 2017, kemudian naik lagi pada Oktober 2018 menjadi Rp 29,52 triliun. 

Sementara itu, piutang pembiayaan sektor konstruksi meningkat 24% secara yoy menjadi Rp 16,45 triliun pada Oktober 2018.

Menurut Suwandi, peningkatan pembiayaan di kedua sektor ini disebabkan oleh meningkatnya investasi alat berat. “Kalau investasi alat berat. Alat berat itu bisa dipakai untuk konstruksi, bisa juga untuk tambang,” kata dia.

Suwandi yang juga menjabat sebagai Ddirektur Utama PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) mengatakan pembiayaan CSUL untuk investasi alat berat tumbuh 15%. Hingga November 2018, CSUL menyalurkan pembiayaan di kisaran Rp 2,8 triliun dengan target Rp 3,2 triliun hingga akhir tahun. Dari total piutang pembiayaan ini, sebesar 70% disalurkan untuk investasi alat berat. “Tahun depan juga proyeksinya di alat berat masih tumbuh 5%-10%,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi