Apple akan repatriasi uang dari luar negeri US$ 250 miliar



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kebijakan Presiden AS Donald Trump memangkas pajak korporasi mulai menuai hasil. Berbagai korporasi besar menyiapkan diri memindahkan aset dan investasi ke negeri Paman Sam, salah satunya Apple.

Seperti ditulis CNBC, Kamis (18/1), perusahaan dengan valuasi terbesar dunia ini menjanjikan menyumbang ekonomi AS senilai US$ 350 miliar dalam lima tahun ke depan dan menciptakan 20.000 lapangan pekerjaan baru. 

Salah satu kontribusinya adalah dengan membayar pajak US$ 38 miliar, memanfaatkan pemangkasan pajak jika melakukan repatriasi. Dengan hitungan pajak baru 15,5%, itu artinya Apple akan menenteng pulang duit sekitar US$ 250 miliar atau sampai Rp 3.335,75 triliun dari luar negeri kembali ke AS. 


Selain dengan repatriasi, perusahaan juga akan mengeluarkan anggaran belanja modal atau capital expenditure US$ 30 miliar dalam lima tahun ke depan. Sebesar US$ 10 miliar akan digunakan untuk membangun pusat data AS.

Pengumuman Apple kemarin Rabu ini mengindikasikan, perusahaan masih memiliki tumpukan duit di luar negeri. Perusahaan bisa membawa uangnya kembali ke AS lewat buyback, pembagian dividen, atau berbagai uji coba moonshot project yang membutuhkan dana inovasi teknologi besar-besaran.

Kondisi Apple juga meyakinkan pasar bahwa akan tetap menjaga arus perputaran uang sampai US$ 55 miliar di tahun 2018 ini, yang biasanya digelontorkan untuk suplier dan manufaktur lokal.  

Bukan hanya Apple, berbagai perusahaan raksasa telah menyatakan niatnya berinvestasi di AS bermodal rencana pemangkasan pajak dan kekhawatiran Trump menjatuhkan tarif lebih besar atas barang-barang impor. 

Toyota Motor Corp dan Mazda Motor Corp misalnya mengatakan akan membangun pabrik baru di AS dengan nilai investasi US$ 1,6 miliar dan akan membuka lapangan pekerjaan baru untuk sampai 4.000 orang. 

Yang terbaru, Nissan Motor Co juga menyatakan rencananya membuka pabrik baru di AS dalam waktu empat-lima tahun ke depan. CEO Nissan Hiroto Saikawa di Detroit Auto Show mengatakan, biasanya perusahaan mencari base produksi di negara-negara North American Free Trade Agreement (Nafta). "Tapi dalam situasi saat ini, kita lebih cenderung berinvestasi di AS," katanya. 

Editor: Sanny Cicilia