KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Safari dan Chrome adalah dua pemain utama dalam persaingan browser di perangkat mobile, menguasai 91% pangsa pasar global. Karena Safari tidak tersedia di Android, kompetisi langsung antara keduanya hanya terjadi pada perangkat iPhone. Dengan update terbaru dari Google yang menargetkan jutaan pengguna, persaingan ini semakin intens.
Safari: Privasi di Garis Depan
Apple telah berkali-kali menyarankan pengguna iPhone untuk berhenti menggunakan Chrome, dengan alasan privasi.
Baca Juga: Malware Korea Utara Berhasil Bobol Keamanan Apple, Ancaman Baru bagi Pengguna macOS Apple mempromosikan Safari sebagai browser yang lebih aman dengan kampanye besar-besaran, termasuk papan iklan di kota-kota besar yang menampilkan iPhone dengan slogan, “Safari—browser yang benar-benar privat.” Meski tidak secara eksplisit menyebut Chrome, Apple memberi pesan kuat dengan menyindir fitur mode penyamaran (Incognito Mode) milik Chrome. Menurut Apple, standar privasi yang hanya bersifat sementara, seperti mode Incognito Chrome, sudah ketinggalan zaman dan pengguna pantas mendapatkan perlindungan yang lebih baik.
Serangan Balik dari Google: Empat Pembaruan Utama Chrome di iOS
Google tidak tinggal diam. Pada hari Selasa, Google meluncurkan empat pembaruan utama untuk Chrome di iOS, yang menambah daya tarik Chrome bagi pengguna iPhone.
Dilaporkan bahwa Google memiliki misi ambisius untuk menarik 300 juta pengguna iPhone beralih dari Safari ke Chrome. Langkah ini tentu mengundang respons keras dari Apple, yang tidak ingin kehilangan dominasi Safari di ekosistemnya.
Baca Juga: Ini 6 Cara Mengatasi Panggilan WhatsApp Tidak Muncul pada Notifikasi Kampanye Apple untuk Menjaga Pengguna Tetap Setia pada Safari
Untuk menjaga pengguna tetap setia pada Safari, Apple meluncurkan iklan video yang kuat pada bulan Juli. Mengambil inspirasi dari film klasik Hitchcock,
The Birds, iklan ini menampilkan sekumpulan mata-mata yang terus mengikuti pengguna saat berselancar di internet. Namun, ketika pengguna membuka Safari, para mata-mata tersebut berhenti mengejar. Video ini diberi judul
Flock, sebagai sindiran terhadap FLoC, proyek eksperimental Google dalam menciptakan privasi berbasis kohort yang mendapat banyak kritik.
Editor: Handoyo .