JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya asal Indonesia yang sebelumnya diperkirakan akan meningkat jelang Ramadhan ternyata meleset dari yang diharapkan. Fadhil Hasan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, situasi ekonomi dan terbitnya beberapa kebijakan penggunaan minyak nabati di negara tujuan ekspor telah menggerus ekspor CPO dan produk turunannya asal Indonesia. Selain itu, "Spekulasi El Nino ternyata tidak cukup kuat untuk mengerek ekspor," kata Fadhil, dalam siaran persnya, Jumat (16/5). Volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia untuk April 2014 tercatat menurun sebesar 23% dari 1,79 juta ton pada bulan Maret menjadi 1,38 juta ton di bulan April. Hampir semua negara tujuan utama ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia membukukan penurunan yang cukup signifikan kecuali Amerika Serikat (AS). China mengurangi pembelian CPO dan turunannya lebih 144.000 ton atau 51% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni dari 281.000 ton pada bulan Maret menjadi 137.000 ton pada bulan April lalu. Penurunan permintaan dari China selain pertumbuhan ekonomi melambat, para traders mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman bank karena kepercayaan yang masih rendah untuk pinjaman baru hal ini dijuga diperparah dengan melemahnya nilai tukar Yuan terhadap dollar Amerika Serikat. Karena faktor tersebut pula, China juga tercatat mengurangi pembelian minyak nabati lainnya seperti pembatalan sejumlah kontrak pembelian kedelai asal Amerika Serikat (AS). India pengimpor terbesar CPO dan turunannya asal Indonesia juga mencatat penurunan permintaan meskipun biasanya jelang Ramadhan negara bollywood ini akan meningkatkan stok minyak nabati di dalam negerinya. Volume ekspor ke India tercatat turun dari 412.000 ton pada bulan Maret menjadi 353.000 ton pada bulan April. Penurunan permintaan India juga disebabkan inflasi meningkat dan nilai tukar Rupee yang melemah. Selain itu, untuk menjaga industri minyak nabati di dalam negerinya India telah menotifikasi WTO untuk menyelidiki impor saturated fatty alcohol yang diklaim telah membuat industri refinery India cedera berat. Keadaan yang cukup mengejutkan di Pakistan. Negara yang mayoritas berpenduduk muslim ini ternyata menurunkan permintaannya meskipun Ramadhan sudah dekat.
April 2014, ekspor CPO Indonesia turun 23%
JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya asal Indonesia yang sebelumnya diperkirakan akan meningkat jelang Ramadhan ternyata meleset dari yang diharapkan. Fadhil Hasan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, situasi ekonomi dan terbitnya beberapa kebijakan penggunaan minyak nabati di negara tujuan ekspor telah menggerus ekspor CPO dan produk turunannya asal Indonesia. Selain itu, "Spekulasi El Nino ternyata tidak cukup kuat untuk mengerek ekspor," kata Fadhil, dalam siaran persnya, Jumat (16/5). Volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia untuk April 2014 tercatat menurun sebesar 23% dari 1,79 juta ton pada bulan Maret menjadi 1,38 juta ton di bulan April. Hampir semua negara tujuan utama ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia membukukan penurunan yang cukup signifikan kecuali Amerika Serikat (AS). China mengurangi pembelian CPO dan turunannya lebih 144.000 ton atau 51% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni dari 281.000 ton pada bulan Maret menjadi 137.000 ton pada bulan April lalu. Penurunan permintaan dari China selain pertumbuhan ekonomi melambat, para traders mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman bank karena kepercayaan yang masih rendah untuk pinjaman baru hal ini dijuga diperparah dengan melemahnya nilai tukar Yuan terhadap dollar Amerika Serikat. Karena faktor tersebut pula, China juga tercatat mengurangi pembelian minyak nabati lainnya seperti pembatalan sejumlah kontrak pembelian kedelai asal Amerika Serikat (AS). India pengimpor terbesar CPO dan turunannya asal Indonesia juga mencatat penurunan permintaan meskipun biasanya jelang Ramadhan negara bollywood ini akan meningkatkan stok minyak nabati di dalam negerinya. Volume ekspor ke India tercatat turun dari 412.000 ton pada bulan Maret menjadi 353.000 ton pada bulan April. Penurunan permintaan India juga disebabkan inflasi meningkat dan nilai tukar Rupee yang melemah. Selain itu, untuk menjaga industri minyak nabati di dalam negerinya India telah menotifikasi WTO untuk menyelidiki impor saturated fatty alcohol yang diklaim telah membuat industri refinery India cedera berat. Keadaan yang cukup mengejutkan di Pakistan. Negara yang mayoritas berpenduduk muslim ini ternyata menurunkan permintaannya meskipun Ramadhan sudah dekat.