April 2016, ekspor pakaian Bali US$ 4,90 juta



DENPASAR. Provinsi Bali menghasilkan devisa sebesar US$ 4,90 juta dari pengapalan pakaian jadi bukan rajutan selama bulan April 2016. Jumlah ini merosot 20,33% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 6,15 juta.

"Perolehan devisa itu jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat tipis 0,97 persen. Bulan April 2015 devisanya 4,85 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Senin (27/6).

Ia mengatakan, pakaian jadi bulan rajutan memberikan kontribusi sebesar 11,50% dari total ekspor Bali sebesar US$ 42,65 juta selama bulan April 2016 yang juga menurun 10,10% dibanding US$ 48,42 juta bulan sebelumnya.


Adi Nugrhono menjelaskan, mata dagangan hasil sentuhan tangan-tangan erampil wanita Bali itu paling banyak menembus pasaran Amerika Serikat yang menyerap 23,44%, Australia 11,48%, Singapura 10,53%, Jepang 5,90%, Hong Kong 4,76% dan Prancis 6,45%.

"Selain itu menembus pasar Tiongkok 0,27%, Jerman 2,90%, Belanda 1,22%, Inggris 7,07% dan 26,02%. Sisanya menembus berbagai negara lain, ujar Adi Nugroho.

Pakaian jadi yang diperdagangkan ke luar negeri itu bukan produksi pabrik, namun dibuat secara manual sehingga memiliki nilai lebih di mata konsumen luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, Australia dan Eropa.

Ni Made Wardani, seorang eksportir pakaian menambahkan, walaupun kondisi pertumbuhan ekonomi negara konsumen belum sebagaimana diharapkan, namun pakaian buatan masyarakat Pulau Dewata masih saja ada dikapalkan ke pasaran ekspor.

Jumlahnya memang tidak secerah tahun 1990-an saat itu perdagangan pakaian Bali ke mancanegara sanggat ramai, namun sekarang jumlahnya sanggat merosot, disamping mendapatkan persaingan yang begitu ketat dari produksi negara China.

Pakaian Bali terutama yang dibuat dan diisi dengan manik-manik (monte) dan bordiran yang diproduksi secara manual memiliki nilai seni lebih apalagi rancangannya disesuaikan dengan perkembangan mode di negara konsumen dipadukan dengan muatan lokal, ujar Wardani.

Ia menyebutkan, pengusaha pakaian jadi di Bali bertahan memelihara pangsa pasar mancanegara karena mampu menciptakan rancangan busana yang unik dan menarik bagi konsumen, terutama ke Amerika Serikat dan Eropa.

Melihat kondisi pasar pakaian buatan Bali ke pasaran ekspor menyebabkan, mata dagangan nonmigas ini masih mendominasi perdagangan luar negeri dengan memiliki peranan hingga 11,50 dari total perolehan devisa darah Bali,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan