JAKARTA. Mimpi PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk mengoperasikan pabrik perdana tinggal selangkah lagi. Perusahaan tersebut menjadwalkan pabrik telepon seluler (ponsel) di kawasan industri Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat beroperasi bulan depan. Manajemen Tiphone menyatakan, saat ini proses kontruksi pabrik sudah selesai. Kini, mereka sedang menunggu kedatangan mesin-mesin produksi. "Kami akan mulai pra produksi di minggu pertama April 2016," ungkap Tan Lie Pin, Presiden Direktur PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk kepada KONTAN, Minggu (13/3). Untuk tahap awal, Tiphone akan mengoperasikan dua lini produksi. Kapasitas produksi dua lini produksi tersebut 50.000-100.000 unit ponsel. Biaya investasi tahap pertama mencapai US$ 10 juta.
Dua lini produksi itu menjadi bagian dari delapan lini produksi yang terpasang. Kapasitas total produksi dari delapan lini mencapai 300.000 unit ponsel. Semua aktivitas produksi berada di atas lahan pabrik seluas 7.000 meter persegi (m²). Pembangunan pabrik tadi adalah upaya Tiphone memenuhi aturan kewajiban tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Berdasar aturan itu, semua perangkat berbasis 4G yang beredar di Indonesia harus mengandung bahan baku lokal. Namun ibarat sembari menyelam minum air, Tiphone ingin pabrik itu mendatangkan manfaat lebih. Selain untuk memproduksi ponsel sendiri, ada dua sasaran pembangunan pabrik. Pertama, Tiphone menyediakan lini produksi untuk memproduksi ponsel besutan vendor ponsel lain. Pada tahap pertama beroperasi April nanti, PT LG Electronics Indonesia akan menggunakan satu lini produksi untuk merakit ponsel LG. Barulah, satu lini produksi lain akan Tiphone pakai untuk membikin ponsel sendiri. LG Electronics bukan satu-satunya vendor yang akan menjalakan aktivitas produksi di pabrik Tiphone. Sebab, Tiphone juga tengah menjajaki tiga vendor ponsel lain. Hanya, manajemen perusahaan masih menutup rapat identitas ketiga vendor ponsel yang diincar. Bisnis voucer dominan Kedua, Tiphone ingin mengekspor produk komponen ponsel bikinan sendiri. Ini adalah target jangka panjang dari perusahaan berkode TELE di Bursa Efek Indonesia tersebut. Meskipun harapan besar tersemat di pabrik ponsel baru, tulang punggung pendapatan Tiphone belum berubah. Perusahaan itu memprediksi, penjualan voucer pulsa masih akan menjadi kontributor utama. Hitung-hitungan Tiphone, kehadiran pabrik ponsel Delta Silicon belum mampu mengubah komposisi pendapatan. "Pengaruhnya masih belum signifikan bagi pendapatan sehingga kami tetap mengandalkan penjualan voucer," kata Tan Lie Pin.
Sebagai gambaran, manajemen Tiphone menyebutkan, penjualan voucer pulsa berkontribusi 70% terhadap total pendapatan. Barulah 30% sisanya adalah kontribusi penjualan ponsel dan pendapatan lain. Adapun pendapatan Tiphone tahun 2015 mencapai Rp 22 triliun. Sementara pada tahun ini, Tiphone membidik pendapatan Rp 26 triliun. Perincian targetnya, Rp 20 triliun penjualan voucer pulsa dan Rp 6 triliun penjualan ponsel. Demi meningkatkan pendapatan voucer pulsa, Tiphone memperluas saluran distribusi penjualan. Salah satu yang sudah mereka lakukan seperti bekerjasama dengan PT Telekomunikasi Selular dan PT Go-Jek Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan