April, surplus neraca dagang diproyeksikan turun



JAKARTA. Neraca perdagangan bulan April tahun ini diperkirakan bakal tertekan. Aktivitas impor pada Mei-Juni diperkirakan bakal sedikit naik. Naiknya volume impor ini untuk mengantisipasi naiknya permintaan produk konsumsi dan bahan baku yang belum mampu dipenuhi domestik.

Ryan Kiryanto, Ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) menilai, kenaikan impor itu untuk mengantisipasi permintaan tinggi jelang puasa dan hari raya Lebaran. Akibatnya, hal ini bakal menekan neraca dagang April 2015.

Ryan memperkirakan, surplus neraca dagang April bisa menyempit jadi US$ 350 juta. Nilai ini menyusut tajam dari surplus neraca dagang bulan Maret yang mencapai US$ 1,13 miliar. Ekspor pada bulan Maret tercatat US$ 13,71 miliar, sementara impornya senilai US$ 12,58 miliar.


Surplus neraca dagang bulan Maret, dipicu oleh surplusnya sektor non migas sebesar US$ 1,41 miliar. Angka tersebut naik dari surplus bulan Februari yakni US$ 564,2 juta. Sementara itu, sektor migas mencatatkan defisit sebesar US$ 0,28 miliar. Padahal bulan Februari, untuk pertama kalinya sektor migas mencatatkan surplus US$ 174,1 juta.

Sedangkan secara akumulatif Januari hingga Maret 2014, neraca non migas mengalami defisit surplus sebesar US$ 94,13 miliar. Untuk neraca migas, juga mengalami defisit sebesar US$ 0,63 miliar.

Ryan mengatakan, penyempitan neraca dagang pada bulan April sulit terhindarkan seiring besarnya permintaan di dalam negeri jelang puasa dan Lebaran. Kendati begitu, kata dia, dari sisi ekspor juga akan terjadi perbaikan. Selain itu, harga komoditas sedikit membaik. "Valuasi harga di pasar global sedang membaik," ujar Ryan.

Latif Adam, Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai, impor barang modal juga akan meningkat, mengikuti realisasi anggaran pemerintah. Terutama, yang digunakan untuk membangun infrastruktur.

Nah, tekanan imporĀ  barang modal ini akan berlanjut hingga semester dua mendatang. Namun, peningkatan impor juga bisa berefek positif menumbuhkan ekonomi. Latif memproyeksikan, neraca dagang pada April tahun ini akan surplus sekitar US$ 500 juta.

Menteri Koordinator bidang perekonomian Sofyan Djalil juga memprediksikan, surplus neraca dagang Maret kemungkinan lebih kecil dari Februari lalu. Tapi, kata dia, angkanya masih dalam batas positif bagi pemerintah.

Selama neraca perdagangan masih surplus tidak masalah. Saat ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus merosot. "Kondisi ini harus diimbangi dengan realisasi anggaran yang lebih baik agar pembangunan berjalan," kata Sofyan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie