April, transaksi multilateral BBJ jeblok 42,9%



JAKARTA. Kinerja transaksi multilateral di PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) pada April 2014 meredup. Sepanjang April, bursa berjangka pertama di tanah air itu hanya mencatatkan volume transaksi 17.524 lot. Jumlah tersebut, anjlok 42,9% dibanding bulan sebelumnya, 30.716 lot.

Penurunan terjadi pada hampir semua produk multilateral yang diperdagangkan. Koreksi tertajam terjadi pada kontrak kopi, yaitu jeblok hingga 67,2 menjadi 4.624 lot. Diikuti, kontrak emas yang merosot 35,2% menjadi 6.018 lot. Lalu, kontrak kakao yang turun 21,3% menjadi 3.274 lot. Hanya, kontrak olein yang naik 14,5% menjadi 3.608 lot.

Direktur PT Bursa Berjangka Jakarta, Bihar Sakti Wibowo mengatakan, penurunan volume transaksi merupakan hal yang lumrah. Ia berdalih, ada kalanya volume transaksi meningkat, atau terkadang transaksi sepi peminat. Secara spesifik, menurut Bihar, penurunan volume transaksi emas sepanjang April disebabkan pergerakan ekstrem harga emas. Ketegangan geopolitik di Ukraina mengakibatkan harga emas naik dan turun cukup tajam.


“Namun investor masih optimistis terhadap pergerakan harga emas,” ujar Bihar. Asal tahu saja, produk emas menjadi andalan BBJ selama ini.

Ricky Ferlianto, Kadiv Pengembangan Usaha BBJ menambahkan, penurunan volume transaksi emas, karena ekspektasi pelaku pasar terhadap harga emas naik. "Namun nyatanya cenderung landai," paparnya. Menanti prospek emas Analis PT Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono menduga, merosotnya volume transaksi emas di BBJ, bisa dikarenakan fluktuasi harga emas pada bulan lalu.

Kondisi ini menyebabkan pelaku pasar ragu-ragu untuk bertransaksi di bursa. Menurutnya, pelaku pasar cenderung menunggu saat harga emas berprospek naik. “Ketika belum terlihat prospek kenaikan, investor relatif wait and see,” ungkap Suluh Prospek yang ditunggu pasar biasanya mengacu laporan pembelian emas yang dirilis World Gold Council (WGC).

Apabila volume permintaan emas naik, umumnya akan direspon positif oleh pelaku pasar dengan masuk ke bursa. "Tapi, apabila permintaan dari China menunjukkan penurunan, pasar cenderung menahan diri," ungkapnya.

Saat ini, Suluh belum melihat prospek kenaikan harga emas. Ia bilang, pelaku pasar sedang menanti momentum untuk masuk. Pasar ingin memastikan apakah tren pelemahan dollar AS betul-betul berkelanjutan. "Jika pelemahan dollar berlanjut, saatnya masuk ke emas," paparnya.

Secara umum, Bihar menyebut, BBJ masih harus gencar melakukan sosialisasi demi menggenjot transaksi, terutama untuk produk baru, seperti kopi. "Produk ini belum menarik perhatian masyarakat, seperti halnya emas," imbuh Bihar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie