KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengkritisi keputusan pemerintah untuk memperketat arus masuk barang impor dengan merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 25 Tahun 2022 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Jika Permendag tersebut jadi direvisi, ia mengatakan masa puasa menjelang Lebaran yang biasanya menjadi saat peningkatan penjualan ritel karena pembelian yang meningkat tidak akan terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan. Roy mengatakan revisi ini direncanakan akan disahkan pada Maret 2024 mendatang yang bertepatan dengan masa puasa dan menjelang lebaran.
Baca Juga: Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Peritel Bakal Kirim Surat Terbuka ke Jokowi “Jadi kelihatannya waktunya hampir sama nih, pemberlakuan (revisi Permendag 25) itu dengan puasa (Maret 2024). Dan ketika ada pengetatan yang dilakukan itu tidak serta merta akan berdampak pada bulan itu juga,” ungkap Roy saat ditemui Kontan di kawasan Rasuna Said, Kamis (18/01). Karena menurutnya setiap ritel masih punya barang stok atau barang modal yang berada di distribution center, namun pihak asosiasi memprediksi akan berdampak secara jangka panjang yaitu satu sampai dua kuartal setelah revisi disahkan. “Ini ketersediaan barang yang diminati atau yang menjadi harapan masyarakat, bukan harapan peritel ya. Jadi saya garis bawahi peritel tidak pro import ya, tapi peritel mengimpor karena masyarakat meminta,
demand-nya ada, yang masyarakat akan belanjakan atau spending money,” katanya. Ia mengaku heran, produk-produk impor yang legal dan dilakukan oleh peritel sudah dilakukan sejak lama namun baru sekarang dipermasalahkan. “Dan itu sudah berjalan sekian lama dengan tertib, masuknya harus bayar resmi, pajaknya resmi, semuanya resmi, sekarang mau diketatkan dengan peningkatan Harmonized System Code (HS Code) selain kebutuhan pokok,” ungkapnya. Namun khusus lebaran tahun 2024, dirinya optimis ritel Indonesia masih bisa mengalami peningkatan di masa Puasa-Lebaran. “Maret itu masih kuartal 1 ya, peningkatan kebutuhan belanja. Ketika bulan April-nya kan sudah masuk lebaran, sudah menjadi tradisi orang indonesia gaji ke-13 atau uang lebaran dibelanjakan,” katanya.
Baca Juga: Aprindo: Seruan Boikot Produk Pro Israel Berdampak pada Penurunan Penjualan Ritel Ia menambahkan pada tahun 2023, masa puasa dan lebaran APRINDO mencatatkan penjualan di sektor ritel meningkat hingga 5,17%.
“Kita melihat 5,15 - 5,2% (peningkatan) akan terjadi pada perpindahan Q1 dan Q2,” katanya. Namun efek pengetatan impor akan terasa pada satu hingga dua kuartal selanjutnya, dan itu akan semakin parah jika pada masa yang sama terjadi pula goncangan geopolitik. “Nanti relevansinya, terdampaknya biasanya 1-2 kuartal kedepan diatas bulan Juli, mudah-mudahan tidak bersamaan dengan geopolitik yang perfect storm tadi. Karena kalau iya, inflasi naik, harga-harga naik, dan daya beli anjlok dan banyak negara akan resesi,” tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .