Aprindo optimistis konsumsi akan melonjak 30%-40% selama Ramadan dan Lebaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis industri ritel mencatat kenaikan konsumsi masyarakat antara 30%-40% di bulan Ramadan dan Lebaran tahun ini. Hal ini terjadi karena inflasi di kuartal I 2019 di bawah 3%.

Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan, kenaikan permintaan ini merupakan apresiasi terhadap pemerintah juga karena berhasil menahan inflasi di 2,8% pada Kuartal I 2019.

"Ini secara tidak langsung memberikan keyakinan kepada siapapun bahwa harga akan stabil secara keseluruhan," ujarnya kepada Kontan, Minggu (12/5).


Lebih lanjut, ia melihat gelaran Pemilihan Umum yang dekat dengan Ramadan menyumbang kenaikan konsumsi pangan, terutama di transaksi makanan dan minuman.

Ia optimistis kenaikan makin melonjak setelah pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) jatuh pada pertengahan Mei sebesar 30%-40%.

"Tahun lalu, THR mendongkrak transaksi penjualan. Tahun ini pasti akan berulang polanya. Jadi, karena adanya pemilu, Ramadhan, dan THR,serta inflasi yang terjaga, akan meningkatkan konsumsi," tutur Roy.

Roy mengaku, kontribusi pendapatan sektor bisnis ritel, paling tinggi terjadi pada masa Ramadan, yakni sebesar 40%-45%.

Dari ini pula, pihaknya dapat meramal pada Kuartal III, pihaknya dapat berkontribusi pada PDB negara sebesar 56,4%.

Sementara berhadapan dengan kenaikan harga bahan pokok, Roy memastikan hal itu akan terjadi sementara sebab intervensi pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian cepat mengembalikan harga.

Roy menjelaskan kenaikan harga bahan pokok yang saat ini terjadi pada harga bawang putih akan diantisipasi dengan guyuran bawang putih impor dari 8 perusahaan importir. Direncanakan, bawang akan disebar melalui 2 pelabuhan untuk kemudian didistribusikan ke pasar.

"Dengan ini, optimis jika harga akan kembali kondusif," lanjutnya.

Pihaknya berkata, saat THR cair, puncak pembelanjaan dana terjadi. Hal ini akan berlangsung sampai H-4 Lebaran. Penurunan ini, terjadi karena masyarakat fokus untuk mudik dan silaturahmi.

"Setelah Lebaran, konsumsi memang tidak setinggi saat THR diturunkan. Tetapi tingkat konsumsi masih terjaga. Sebab, setelah Lebaran kita akan memasuki masa liburan di Juni dan Juli," pungkas Roy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli