Aprindo: Ritel modern butuh stimulus lanjutan dari pemerintah akibat wabah corona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey menyampaikan jika pengusaha ritel modern membutuhkan stimulus ekonomi untuk menjaga kelangsungan operasional akibat terdampak wabah virus corona (Covid-19).

Roy menjabarkan, stimulus yang diberikan dapat berupa insentif fiskal setara dengan yang diberikan ke industri manufaktur seperti pemotongan pajak PPh pasal 21, serta penangguhan PPh pasal 22 dan 25 selama 6 bulan.

Baca Juga: Pengusaha minta PSBB diterapkan konsisten dari pemerintah pusat hingga daerah


Selain kebijakan insentif fiskal, Roy berharap pemerintah memberikan insentif pengurangan biaya operasional kepada ritel modern antara lain diskon tarif listrik maupun pemotongan retribusi dan pajak daerah.

"Toko ritel non-pangan seperti fesyen, peralatan rumah tangga, hingga consumer goods sudah menurun drastis sehingga harus tutup sementara. Sedangkan ritel pangan masih ada yang beroperasi namun ini juga memerlukan biaya ekstra sebab para pegawainya beresiko tertular dari orang yang dilayaninya," jelasnya kepada Kontan, Rabu (8/4).

Biaya tambahan tersebut, jelas Roy, adalah penyediaan desinfektan, alat-alat kebersihan guna melindungi para pekerja di gerai. Selain itu, biaya yang dibutuhkan dalam proses distribusi barang pangan bertambah karena banyaknya tenaga pengantar yang dirumahkan.

Roy juga mengklaim hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan secara tertulis dan resmi dari para anggota Aprindo mengenai PHK pegawai akibat kinerja perusahaan yang turun. Ia menyarankan, agar perusahaan ritel besar menahan PHK para pegawainya karena kesulitan mencari karyawan.

Baca Juga: Catat! Pebisnis Menanti Insentif untuk Menangani Dampak Virus Corona (Covid-19)

"Kalau bisa jangan PHK dulu bagi perusahaan ritel besar. Kalau perusahaan kecil, bisa saja sebab asumsinya lebih mudah mencari karyawan baru," lanjutnya.

Roy melanjutkan, jika pemerintah tidak memberikan insentif kepada peritel modern, maka pertumbuhan industri ritel modern akan terkontraksi tahun ini dari tahun lalu. "Proyeksinya, pertumbuhan industri ritel modern maksimal hanya akan mencapai 7%, lebih rendah dari capaian 2019 sebesar 8,5%," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .