KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) berharap pasar sepatu bisa terungkit di paruh kedua tahun ini. Katalis positif diharapkan datang dari stimulus gaji dari pemerintah yang diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat, serta momentum pasar natal dan tahun baru (nataru). Firman Bakri, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), menjelaskan, pesanan sepatu untuk pasar nataru untuk pasar ekspor maupun domestik biasanya sudah mulai masuk di bulan September, sedangkan pengiriman pesanan sepatu dari pabrikan ke peritel ataupun pemilik merek biasanya ditargetkan terealisasi di bulan Oktober - November. Sementara itu, bagi kelompok usaha peritel ataupun pemilik merek, puncak dari berkah nataru biasanya dirasakan pada bulan Desember. Berdasarkan data asosiasi pada tahun-tahun sebelumnya, omset peritel dan pemilik merek sepatu bisa meningkat hingga kurang lebih 75% dibandingkan bulan-bulan biasa pada bulan Desember untuk pasar domestik.
Baca Juga: Pemerintah kenakan safeguard pada produk ubin keramik dari India dan Vietnam Untuk tahun ini, efek pasar nataru di tingkat pabrikan juga diharapkan sudah bisa dirasakan mulai bulan depan. Apalagi, beberapa target ekspor eksisting di beberapa wilayah seperti Amerika Serikat, China, Jepang, dan negara-negara Eropa dinilai masih prospektif. Asal tahu saja, meski di tengah pandemi, kinerja ekspor alas kaki masih menunjukkan performa yang baik. Menurut catatan Kontan.co.id sebelumnya, ekspor alas kaki di enam bulan pertama tahun ini tercatat masih tumbuh 9,73% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, pasar sepatu di tingkat domestik juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan sejak akhir Juni 2020 lalu. Dus, dengan melihat situasi yang ada, momentum nataru pada tahun ini diharapkan bisa mengungkit utilisasi produksi hingga sebesar 30%-50% dari posisi utilisasi produksi saat ini pada bulan Oktober-November 2020 mendatang. “Kami berkeyakinan dengan kondisi ini dan menyongsong pasar Natal dan Tahun Baru, bulan depan sudah ada order ke industri. Apalagi dengan adanya subsidi gaji kami optimis akan mendorong konsumsi,” kata Firman kepada Kontan.co.id, Minggu (30/8). Harapan Firman, pemerintah tidak akan memberlakukan kebijakan pengetatan pembatasan sosial berskala besar, sebab kebijakan tersebut dikhawatirkan bisa menghilangkan potensi penjualan untuk pasar nataru. Menurut Firman, risiko penyebaran virus corona (covid-19) di klaster industri bisa dihindari dengan menerapkan protokol pencegahan yang ketat tanpa perlu adanya pengetatan PSBB.