Aprisindo: Clarks tutup gerai sepatu di Indonesia karena tak cuan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tutupnya gerai sepatu Clarks membuat banyak orang bertanya-tanya perihal alasan penutupan tersebut. Ada yang bilang pasar sepatu domestik kini dikuasai online, adapula yang mengatakan minat beli masyarakat yang berkurang.

Eddy Widjanarko, Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyampaikan bahwa saat ini industri sepatu memang sedang mengalami stagnasi. Penutupan gerai Clarks menjadi salah satu patokan bagaimana industri sepatu domestik masih kurang bergairah.

Berdasarkan informasi yang disampaikan kepada Aprisindo, ada tiga hal yang membuat Clarks menutup gerainya di Indonesia. Pertama, karena harga sewa mall yang relatif tinggi, kedua, bea masuk yang tinggi dan tarifnya berubah-ubah dan ketiga, pengaruh persaingan dengan toko online.


"Online orang bisa beli dari belahan dunia manapun dan sampai rumah dengan free. Itu pasti mengancam (peritel), orang beli sepatu tidak kena bea masuk," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (2/2).

Dengan seperti itu, tentu saja produsen sepatu yang sudah impor dengan bea masuk, kemudian menyewa toko di mall dan pusat perbelanjaan akan tergerus. Belum lagi kebijakan dan bea masuk impor yang selalu berubah-ubah yang tidak memiliki fix cost sehingga membebani operasional.

"Anak muda itu sekarang tinggal pilih beli dari online saja, itu memang sampai sekarang tidak begitu terasa tetapi sudah mulai ada efeknya. Ke depan itu toko-toko di mall itu akan terkena imbasnya juga," lanjutnya.

Dirinya memprediksi tahun ini dan tahun depan, industri sepatu masih akan mengalami tantangan yang sama. Dalam dua tahun ini, stagnasi akan dialami oleh industri sepatu domestik, kendati ada ajang pilkada namun itu tidak akan banyak membantu.

"Di satu sisi peredarang uan banyak di tahun politik, tetapi di lain pihak tidak sebanyak tahun politik sebelumnya karena ada pemeriksaan KPK orang takut untuk spending politik," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini