JAKARTA. Hengkangnya Adidas dari PT Prima Inreksa Industries rupanya membuat gelisah Departemen Perindustrian (Depperin). Depperin takut akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 6.000-7.000 karyawan. Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Depperin Ansari Bukhari mengatakan ia telah meminta Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) untuk mencarikan investor baru. "Ini antisipasi jika Adidas memutuskan kontrak," tegasnya. Selain itu, Depperin akan memanggil manajemen Bank Negara Indonesia (BNI) agar memberikan pinjaman modal kerja yang dibutuhkan PT Prima. "Mereka butuh US$ 5 juta," tuturnya. Menurut Ansari, Bank BNI mau meminjamkan dana asalkan perusahaan PT Prima memenuhi dua syarat. Pertama adalah PT Prima dapat memberikan laporan keuangan perusahaan secara transparan dan dikelola oleh manajemen yang kompeten serta memberikan personal garansi. Kedua, PT Prima dapat mendatangkan investor baru agar perusahaan tetap eksis. "Kami masih melakukan negosiasi dengan BNI," tegasnya. Jika dana yang dibutuhkan mencair, maka PT Prima berjanji akan menyelesaikan utangnya pada 2013. Asal tahu saja, utang PT Prima kepada BNI adalah sebesar US$ 37,25 juta. Sementara utang PT Prima kepada supplier adalah US$ 18 juta. Sebelumnya, Menteri Perindustrian Fahmi Idris memaparkan Adidas tetap akan memperpanjang ordernya jika PT Prima mampu menyelesaikan utang-utangnya. "Pemutusan kontrak ini dipilih agar pasokan Adidas tidak terganggu," tandasnya. Sayangnya, KONTAN tidak berhasil menghubungi manajemen PT Prima Inreksa. Operator telepon perusahaan hanya mengatakan seluruh manajemen telah pulang karena jam kerja selesai. Rizal Maris, konsultan komunikasi Adidas membenarkan jika manajemen dapat melakukan perbaikan maka Adidas tidak akan melakukan pemutusan kontrak. "Kalau bagus kenapa harus diputus, kan susah mengajarkan yang baru lagi, apalagi hubungan kerjanya sudah 10 tahun," tegasnya. Rizal juga menegaskan bahwa Adidas tidak akan hengkang dari Indonesia. Pasalnya, harga tanah di Indonesia masih murah dan gaji buruh terbilang kompetitif. "Kontibusi Indonesia terhadap Adidas group sebesar 25% atau US$ 2,8 miliar," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Aprisindo Diminta Mencarikan Investor PT Prima Inreksa
JAKARTA. Hengkangnya Adidas dari PT Prima Inreksa Industries rupanya membuat gelisah Departemen Perindustrian (Depperin). Depperin takut akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 6.000-7.000 karyawan. Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Depperin Ansari Bukhari mengatakan ia telah meminta Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) untuk mencarikan investor baru. "Ini antisipasi jika Adidas memutuskan kontrak," tegasnya. Selain itu, Depperin akan memanggil manajemen Bank Negara Indonesia (BNI) agar memberikan pinjaman modal kerja yang dibutuhkan PT Prima. "Mereka butuh US$ 5 juta," tuturnya. Menurut Ansari, Bank BNI mau meminjamkan dana asalkan perusahaan PT Prima memenuhi dua syarat. Pertama adalah PT Prima dapat memberikan laporan keuangan perusahaan secara transparan dan dikelola oleh manajemen yang kompeten serta memberikan personal garansi. Kedua, PT Prima dapat mendatangkan investor baru agar perusahaan tetap eksis. "Kami masih melakukan negosiasi dengan BNI," tegasnya. Jika dana yang dibutuhkan mencair, maka PT Prima berjanji akan menyelesaikan utangnya pada 2013. Asal tahu saja, utang PT Prima kepada BNI adalah sebesar US$ 37,25 juta. Sementara utang PT Prima kepada supplier adalah US$ 18 juta. Sebelumnya, Menteri Perindustrian Fahmi Idris memaparkan Adidas tetap akan memperpanjang ordernya jika PT Prima mampu menyelesaikan utang-utangnya. "Pemutusan kontrak ini dipilih agar pasokan Adidas tidak terganggu," tandasnya. Sayangnya, KONTAN tidak berhasil menghubungi manajemen PT Prima Inreksa. Operator telepon perusahaan hanya mengatakan seluruh manajemen telah pulang karena jam kerja selesai. Rizal Maris, konsultan komunikasi Adidas membenarkan jika manajemen dapat melakukan perbaikan maka Adidas tidak akan melakukan pemutusan kontrak. "Kalau bagus kenapa harus diputus, kan susah mengajarkan yang baru lagi, apalagi hubungan kerjanya sudah 10 tahun," tegasnya. Rizal juga menegaskan bahwa Adidas tidak akan hengkang dari Indonesia. Pasalnya, harga tanah di Indonesia masih murah dan gaji buruh terbilang kompetitif. "Kontibusi Indonesia terhadap Adidas group sebesar 25% atau US$ 2,8 miliar," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News