APSyFI Dukung Anindya Bakrie Sebagai Ketum Kadin yang Baru, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menetapkan pengusaha Anindya Novyan Bakrie sebagai Ketua Umum Kadin periode 2024-2029.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia  (APSyFI), Redma Gita Wirawasta menyatakan pihaknya mendukung hasil Munaslub Kadin yang berlangsung Sabtu (14/9) tersebut.

Redma menambahkan, di tengah tekanan kondisi perekonomian bangsa, peran dunia usaha sangat penting untuk memberi masukan kepada pemerintah mendatang.


“Bukan hanya sekedar menyampaikan, tapi memastikan bahwa masukannya didengar, dikaji dan diimplementasikan” tekannya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Minggu (15/09). 

Dalam Munaslub Kadin yang digelar Sabtu (14/9), juga hadir Jemmy Kartiwa, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia.

Munaslub Kadin diinisiasi mayoritas Kadin Provinsi dan Asosiasi serta Himpunan Anggota Luar Biasa (ALB) Kadin Indonesia. Munaslub dihadiri 28 Kadin Provinsi dan 25 Asosiasi/Himpunan pemegang suara yang mewakili 221 Asosiasi/Himpunan lain di 15 kelompok sektor ALB.

Baca Juga: Kadin Pecah, Kubu Arsjad Rasjid Sebut Munaslub yang Pilih Anindya Bakrie Ilegal

Redma menuturkan, kondisi dunia usaha khususnya sektor manufaktur dengan tanda-tanda deindustrialisasi harus segera disikapi dan perlu langkah perbaikan secepatnya.

“Meski pasar dunia sedang terkoreksi, kita masih punya pasar domestik untuk tetap bisa tumbuh, Kadin diperlukan untuk mengkoordinasikan sejumlah permasalahan antar sektor dan melakukan langkah agar bisa mengoptimalkan pasar domestik untuk kepentingan industri kita” ujar Redma.

Kemudian Redma menambahkan, sektor manufaktur yang saat ini dalam tren PHK termasuk tekstil dan produk tekstil (TPT) didalamnya sangat penting untuk segera diselamatkan agar terhindar dari jurang krisis.

“Karena sektor manufaktur ini selain berfungsi sebagai penghasil devisa dan pemenuhan kebutuhan domestik juga berfungsi sebagai jaring pengaman sosial ekonomi sebagai sektor yang saat ini menyerap 18,82 juta tenaga kerja” tuturnya.

Menurut Redma, untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 8% maka diperlukan pertumbuhan industri pengolahan di atas 10% dengan kontribusi terhadap PDB sekitar 25%.

“Saya kira kita semua paham hitung-hitungan ini dan tantangan KADIN kedepan memperjuangkan itu, jangan sampai kinerja manufaktur jeblok lagi dengan pertumbuhan hanya 4% bahkan dibawah pertumbuhan ekonomi” tekan Redma.

“Bersama pemerintah Kadin, ke depan perlu mengoreksi banyak kebijakan disektor industri, energi, perdagangan, logistik, pertanian, pariwisata dan sektor lainnya hingga kebijakan insentif yang kurang  efektif untuk saling bersinergi dan saling mendukung untuk mencapai target tersebut” jelas Redma. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat