KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kinerja perdagangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih memburuk di Semester I-2019 karena ditekan oleh pertumbuhan impor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata pertumbuhan impor dari tahun 2007-2018 mencapai 12,3%, sedangkan ekspor hanya di level 3,1%. Usai acara evaluasi kinerja semester I-2019, Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta yang ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya pada (10/7) menyatakan, meski data BPS sempat menunjukkan penurunan pertumbuhan impor di kuartal I 2019, tetapi impor kembali naik pasca lebaran kemarin. Menurut Redma, impor memang turun di kuartal I 2019, namun ia memperkirakan sejak April 2019 impor naik kembali sekitar $720 juta. Terlepas dari data BPS yang baru dirilis sampai April, Redma juga memprediksi bahwa perkiraan bulan Mei lalu impor mengalami kenaikan hingga $800 juta.
APSyFI: Industri TPT sebetulnya memburuk
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kinerja perdagangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih memburuk di Semester I-2019 karena ditekan oleh pertumbuhan impor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata pertumbuhan impor dari tahun 2007-2018 mencapai 12,3%, sedangkan ekspor hanya di level 3,1%. Usai acara evaluasi kinerja semester I-2019, Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta yang ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya pada (10/7) menyatakan, meski data BPS sempat menunjukkan penurunan pertumbuhan impor di kuartal I 2019, tetapi impor kembali naik pasca lebaran kemarin. Menurut Redma, impor memang turun di kuartal I 2019, namun ia memperkirakan sejak April 2019 impor naik kembali sekitar $720 juta. Terlepas dari data BPS yang baru dirilis sampai April, Redma juga memprediksi bahwa perkiraan bulan Mei lalu impor mengalami kenaikan hingga $800 juta.