APSyFi: Pengurangan impor tekstil perlu dukungan pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh lini industri tekstil dari hulu ke hilir tengah berusaha membenahi bisnis tekstil di Indonesia. Maraknya produk impor dan banyaknya regulasi yang belum sinkron menjadi hambatan utama pertumbuhan industri ini.

Ravi Shankar, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengatakan ramainya barang impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang masuk ke Indonesia mencederai Industri lokal. "Harga barangnya sering tidak wajar dan ini menjadi masalah," ujarnya saat berkunjung ke Kantor Kontan.co.id, Rabu (19/2).

Baca Juga: Pelaku industri tekstil menilai, banyak aturan yang hambat serapan tekstil lokal

Sebagai gambaran, kata Ravi, mayoritas produk TPT tersebut datang dari China dengan harga lebih murah hingga 20%-25% dibandingkan buatan lokal. Hal ini disebabkan produktivitas tekstil didukung oleh pemerintahnya dan efisien.

Padahal konsumsi pakaian domestik menunjukkan pertumbuhan kisaran 6% di tahun lalu. Hal ini tak sebanding dengan pertumbuhan industrinya, yang menurut Ravi hanya 1,5% saja.

Kondisi ini mencerminkan lemahnya penyerapan produk dalam negeri, pelaku industri tekstil lokal berharap pemerintah bisa mendorong pertumbuhan sektor ini.

"Perlu kepastian pasar dari pemerintah, terutama di hulu tekstil yang selama 10 tahun ini belum ada investasi besar yang baru," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto