KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengungkapkan jika kelangkaan batu bara menyebabkan krisis energi di beberapa negara, sehingga turut menekan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri. Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Gita Wirawasta mencatat ongkos energi berkontribusi hingga 25% dari keseluruhan struktur biaya industri TPT, dengan sektor serat dan filamen menjadi pengguna terbesar. "Harga batu bara yang berada di atas US$170 per ton telah mengganggu kelangsungan industri. Selain harganya yang tinggi mengikuti fluktuasi di pasar internasional, pasokannya juga tidak mencukupi. Kami meminta pemerintah untuk intervensi agar pasokan dan harganya terjamin," ujar Redma dalam konferensi pers yang berlangsung virtual, Jumat (15/10).
APSyFI sebut kelangkaan batubara ikut menekan industri tekstil dalam negeri
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengungkapkan jika kelangkaan batu bara menyebabkan krisis energi di beberapa negara, sehingga turut menekan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri. Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Gita Wirawasta mencatat ongkos energi berkontribusi hingga 25% dari keseluruhan struktur biaya industri TPT, dengan sektor serat dan filamen menjadi pengguna terbesar. "Harga batu bara yang berada di atas US$170 per ton telah mengganggu kelangsungan industri. Selain harganya yang tinggi mengikuti fluktuasi di pasar internasional, pasokannya juga tidak mencukupi. Kami meminta pemerintah untuk intervensi agar pasokan dan harganya terjamin," ujar Redma dalam konferensi pers yang berlangsung virtual, Jumat (15/10).