APTI prediksi produksi tembakau 2010 makin kisut



JAKARTA. Betapa sedih para petani tembakau sekarang ini. Seharusnya, mulai bulan Agustus kemarin mereka mulai menikmati hasil panen tembakau yang mereka tanam sekitar Mei-Juni lalu. Namun, gara-gara hujan yang terus turun, banyak petani tidak memanen daun tembakau karena kualitasnya jelek dan tidak laku dijual. Di Muntilan hingga di daerah Tempel, Jawa Tengah, misalnya, banyak petani tembakau membiarkan begitu saja daun tembakau yang sudah memasuki usia petik.Nasib nan pedih juga mendera petani tembakau Lain Jember, Jawa Timur. Abdus Setiawan, Ketua Asosiasi Petani Tambakau Indonesia (APTI), mengatakan, para petani tembakau di Jember telah tiga kali gagal tanam selama Mei-Juni 2010. Pasalnya, bibit yang mereka tanam mati akibat terlalu banyaknya curah hujan. Sebetulnya, para petani sudah membuat parit agar tanaman tembakau mereka tidak tergenang air hujan. Namun upaya tersebut gagal. Alhasil, petani mengalami sekitar Rp 800.000 per hektare untuk setiap kali tanam, yaitu untuk biaya benih dan pupuk.Menurut Abdus, kegagalan seperti itu terjadi di berbagai daerah lain di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur hingga Bali. Karena itu, menurut perkiraan APTI, produksi tembakau nasional tahun ini akan merosot. Abdus memperkirakan, produksi tembakau di berbagai sentra tembakau, seperti Jember, Kuningan di Jawa Barat, Klaten dan daerah-daerah lain di Pulau Jawa, akan turun 30% hingga 50%.Berdasar catatan Kementerian Pertanian, produksi tembakau nasional tahun 2009 adalah 176.937 ton. Nah, jika produksi tahun ini turun 30%, maka produksi tembakau tahun ini hanya 123.136 ton.Tak hanya itu, Abdus menambahkan, rendemen tembakau juga akan merosot dari 18% menjadi 12%. Artinya, dari setiap kuintal daun tembakau, hanya dihasilkan sekitar 12 kg tembakau yang laku dijual.Agus Hasanudin, Direktur Tanaman Semusim Kementerian Pertanian, mengatakan dia belum memiliki data tentang produksi tembakau tahun ini. Namun ia sependapat, "Kalau cuaca seperti ini, produksi semua komoditi akan turun," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (14/9).Yang pasti, gangguan cuaca dan penurunan produksi tembakau telah mengakibatkan lonjakan harga bahan baku rokok ini. Agustus 2010 lalu, harga tembakau grade A, yakni tembakau dengan kualitas terbaik, sudah melejit sekitar 50%-87% dibandingkan harga bulan sebelumnya.

Harga melejit

Menurut catatan Budidoyo, Wakil Ketua Umum Aliansi Mayarakat Tembakau Indonesia (AMTI), saat ini harga tembakau grade A mencapai Rp 60.000-Rp 75.000 per kg. Sedangkan pada bulan Juli lalu, harganya masih di kisaran Rp 40.000-Rp 50.000 per kg.Namun menurut Abdus, harga yang tinggi tersebut hanya berlaku di daerah tertentu, misalnya di kawasan Temanggung. “Kalau petani bilang, daerah Temanggung itu lauknya tembakau, di sana sangat khas tembakaunya,” kata Abdus.Di daerah lain harga tembakau bergantung area petikannya. Untuk tembakau koseran atau tembakau bagian paling bawah tanaman, dijual seharga Rp 16.000-Rp 20.000 per kg. Adapun tembakau jenis katokan, yaitu tembakau yang tumbuhnya di atas tembakau koseran, harga jualnya sekitar Rp 20.000-Rp 24.000 per kg. Sedang untuk grade 1, 2, 3, atau tembakau bagian tengah tanaman, paling mahal harganya sekitar Rp 31.000 per kg. Adapun pucuk untuk grade 4, 5, 6, bagian yang paling atas, kini harganya sekitar Rp 27.000 per kg.Seperti disebutkan di bagian awal tadi, derasnya hujan tidak hanya mengakibatkan turunnya produksi, namun terjadi juga penurunan kualitas atau grade. “Kalau sebelumnya tembakau para petani adalah grade 1, 2, 3 maka saat ini di grade-nya menjadi 4, 5, 6,” papar Abdus.Toh penurunan produksi tembakau tahun ini belum mengkhawatirkan kalangan industri rokok. Soalnya, menurut Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian Warsono, umumnya perusahaan produsen rokok selalu memiliki stok yang cukup untuk berproduksi selama dua atau tiga tahun ke depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: