APTRI: Bea masuk raw sugar turun, petani terjepit



KONTAN.CO.ID - Kebijakan menurunkan bea masuk raw sugar dari Australia dinilai akan membuat petani gula semakin terjepit. Pasalnya, raw sugar yang diimpor ke Indonesia dipergunakan untuk bahan baku bagi industri gula rafinasi.

"Penurunan bea masuk akan membuat petani gula semakin terjerembab," ujar Soemitro Samadikoen, Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) kepada KONTAN (12/9).

Hal tersebut dinilai Soemitro saat ini banyak terjadi kasus perembesan gula di pasar konsumsi. Soemitro bilang bahkan gula operasi pasar bersumber dari gula rafinasi.


Harga gula rafinasi cenderung lebih murah bila dibandingkan dengan gula dari petani. Hal tersebut diungkapkan Soemitro diakibatkan oleh efektivitas produksi. Soemitro menjelaskan, rendeman yang dihasilkan oleh pabrik di Australia cenderung lebih besar dibandingkan di Indonesia.

Hal tersebutlah yang membuat terjadinya perbedaan harga. Oleh karena itu Soemitro menyarankan agar pemerintah segera lakukan revitalisasi pabrik gula. "Revitalisasi menjadi tanggung jawab pemerintah karena sebagian besar pabrik gula adalah milik BUMN," terang Soemitro.

Soemitro bilang, revitalisasi akan meningkatkan produksi gula dari petani. Selain itu revitalisasi juga akan menaikkan kualitas gula. Sebelumnya gula petani tidak terserap oleh industri karena mutu yang tidak sesuai.

Saat ini pun Soemitro mengungkapkan bahwa gula petani belum terjual. Soemitro bilang terdapat 600.000 ton gula petani yang tidak terjual.

Soemitro bilang kesepakatan dengan Australia akan menurunkan bea masuk raw sugar sebesar 5% setelah sebelumnya sebesar 8% sampai 13%. Sementara menukar itu tarif bea masuk herbisida dan pestisida dari Indonesia akan menjadi 0%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto