APTRI: Produksi gula tidak akan capai target



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi gula tahun ini diperkirakan menurun. Hal ini disebabkan harga di tingkat petani yang dianggap tidak mampu menutupi biaya produksi yang menyebabkan petani merugi.

Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia ( APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, meskipun November mendatang masih akan terjadi panen produksi gula, namun hingga akhir tahun tidak akan bisa mencapai target produksi sebesar 2,4 juta ton.

"Sekarang ini petani sudah tidak bergairah menanam, bisa produksi 2 juta ton saja sudah bagus. Padahal produksi gula pernah mencapai 2,6 juta ton. Target tahun ini kan seharusnya 2,4 juta ton," tutur Soemitro, Rabu (25/10).


Soemitro mengungkapkan saat ini gula petani memang masih menumpuk di pabrik-pabrik penggilingan gula. Ia memperkirakan sampai akhir tahun ini masih akan ada 300.000 ton gula yang tersimpan di pabrik gula. Stok ini sudah berkurang, karena petani berupaya menjual sendiri gula kepada pedagang.

Meski begitu, dia mengatakan upaya ini hanya mengurangi sedikit persediaan gula petani, karena adanya aturan bahwa hanya pedagang yang bermitra dengan Bulog yang bisa menjual gula secara eceran ke pasar.

"Sekarang petani mulai jual kepada pedagang secara langsung karena harganya lebih tinggi. Bisa Rp 9.900 sampai Rp 10.000 per kg. Tetapi petani dan pedagang juga mengalami ketakutan karena diancam akan ditertibkan," jelas Soemitro.

Menurut Soemitro, petani juga enggan gulanya diserap oleh Bulog. Pasalnya mereka hanya membeli gula petani seharga Rp 9.700 per kg, sementara gula tersebut bisa dijual kepada pedagang sebesar Rp 9.900 per kg. Menurutnya, terjadi persaingan yang tidak sehat dalam penjualan gula ini lantaran Bulog menjual stok gulanya seharga Rp 11.000 per kg.

"Saat ini Bulog membeli gula petani Rp 9.700 per kg, itu pun masih ada pengurangan PPH. Sementara stok gula Bulog yang eks impor dijual Rp 11.000 per kg. Sementara, pedagang harus membeli gula petani sepaket dengan gula Bulog," papar Soemitro.

Soemitro berpendapat, komoditas tebu harus dikawal dengan kebijakan yang berpihak kepada petani. Pemerintah seharusnya ada di saat harga menukik jatuh dan harga naik tinggi. "Ketika harganya merangkak naik, Bulog harus membiarkan, sepanjang harganya masih terkendali atau masih normal," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini