Arab berencana dorong harga minyak US$ 70 per barel tahun ini



KONTAN.CO.ID - DUBAI. Kebutuhan anggaran yang mendesak memaksa Arab Saudi untuk mendorong harga minyak setidaknya US$ 70 per barel tahun ini. Merujuk Reuters, Jumat (22/3) beberapa pelaku industri mengatakan, meski produsen minyak serpih Amerika Serikat (AS) bisa mendapat keuntungan dari langkah ini namun pangsa pasar minyak mentah global Riyadh berpotensi terkikis.

Riyadh, pemimpin OPEC secara de facto telah menyatakan bahwa pihaknya secara drastis memangkas ekspor ke pelanggan utamanya pada bulan Maret dan April kendati permintaan menanjak.

Langkah ini sekaligus menentang permintaan Presiden AS Donald Trump kepada OPEC terkait pengurangan harga minyak sementara Ia memperketat sanksi terhadap produsen minyak di Iran dan Venezuela.


Pemangkasan ekspor ini dipandang sebagian orang berkaitan dengan niat Arab Saudi untuk menopang harga. Namun, para Pejabat Arab Saudi mengatakan kebijakan ini datang dari pihak Kerajaan dan dimaksudkan untuk menyeimbangkan harga pasar dunia sekaligus mengurangi investaris yang tinggi.

"Saudi ingin minyak setidaknya US$ 70 dan tidak khawatir tentang terlalu banyaknya minyak serpih di pasar," ujar salah satu sumber Reuters yang dekat dengan pemangku kebijakan minyak Saudi.

Sumber lain mengatakan, Arab Saudi ingin meletakkan harga di bawah harga minyak pada US$ 70 atau sedikit lebih rendah. Ia juga mengatakan kalau tidak ada satu orang pun di OPEC yang bisa berbicara tentang peningkatan produksi saat ini.

Secara resmi, Arab Saudi yang berencana meningkatkan pengeluaran pemerintahnya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi mengatakan kalau pihaknya tidak punya target harga.

Bagi mereka, tingkat harga ditentukan oleh pasar dan langkah yang dilakukan saat ini hanya sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan global.

Bahkan, harga sekitar US$ 70 per barel itu dinilai tidak akan menyeimbangkan harga saat ini. Jihad Azour, Direktur Departemen Moneter Internasional Timur Tengah dan Asia Tengah pada bulan Februari lalu menyebut kalau saat ini Riyadh membutuhkan harga minyak US$ 80-85 per barel untuk mencapai kata stabil.

Arab Saudi, negara pengekspor minyak di dunia ini juga ingin memastikan kejatuhan harga minyak di tahun 2014-2016 tidak terulang. Kala itu harga minyak sempat menyentuh US$ 30 per barel.

Editor: Handoyo .