Arab ogah pangkas produksi, minyak tergelincir



JAKARTA. Meski index dollar AS mengalami koreksi, harga minyak dunia tidak mampu mencuri kesempatan mempertahankan penguatan. Tergelincirnya harga minyak pada penutupan pasar Jumat (24/4) lalu merupakan efek dari bertahannya OPEC terhadap produksi minyak miliknya. Mengutip Bloomberg, Jumat (24/4), harga minyak West Texas Intermediate kontrak pengiriman Juni 2015 di bursa New York Merchantile Exchange terperosok 1,02% ke level US$ 57,15 per barel dibanding hari sebelumnya. Hal ini juga terjadi dalam sepekan terakhir yang mana harga minyak turun 0,29%. Penurunan harga minyak ini salah satunya dipengaruhi oleh pernyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali Al-Naimi bahwa Arab Saudi sebagai salah satu anggota terbesar OPEC tidak akan memangkas produksinya. Pada bulan Maret 2015, Arab Saudi telah memproduksi 10,1 juta barel per hari. Angka ini terus membengkak. Seperti yang disampaikan Al-Naimi pada Sabtu (25/4) lalu di Riyadh bahwa Arab Saudi tidak akan menyerahkan pangsa pasarnya kepada produsen minyak yang memiliki biaya produksi tinggi. Padahal tercatat Selasa (7/4) produksi minyak Arab telah meningkat menjadi 10,3 juta barel per hari. “Persediaan minyak dunia yang masih terus meningkat membuat harga minyak tertahan dan bergerak dalam range sempit,” kata Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures. Faktor cadangan minyak dunia merupakan sentimen kuat yang akan mempengaruhi keadaan di pasar saat ini. Pasalnya menurut Putu, pasar masih rentan terhadap isu pasokan global yang akan terus membanjir. Hanya saja, harga minyak belum terperosok dalam karena tertahan beberapa faktor. “Selain index USD yang koreksi, penyerangan Arab Saudi ke Yaman yang masih berlanjut memberi ruang bagi harga minyak untuk bertahan dari kejatuhan dalam,” tambah Putu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa