Arab Saudi berhemat konsumsi minyak



ABU DHABI. Demi mendiversifikasi sumber energi, Arab Saudi memutuskan berinvestasi hingga US$ 50 miliar untuk mendorong energi terbarukan. Arab Saudi akan menggandeng pihak swasta untuk membangun sejumlah proyek energi baru.

Negara eksportir minyak mentah tersebut sedang berupaya menjadikan tenaga surya dan angin sebagai energi utama di tengah pertumbuhan permintaan energi di dalam negeri. Rencananya, Arab Saudi akan mencari mitra swasta untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin dan surya, berkapasitas total 700 megawatt.

Kementerian Energi Arab Saudi dalam pernyataan resminya menjelaskan, para kontraktor yang berminat ikut tender, diwajibkan menyerahkan sejumlah dokumen pada 20 Maret mendatang. Pemerintah Arab Saudi lantas akan mengumumkan hasil seleksi pada 10 April 2017.


Kontraktor yang memenuhi syarat dapat memulai proyek terhitung sejak 17 April 2017.

Khalid Al-Falih Menteri Energi Arab Saudi menjelaskan, rencana tersebut menandai titik awal program panjang dan berkelanjutan penyebaran energi terbarukan di Arab Saudi. "Kami tidak hanya membuat diversifikasi energi, tetapi juga membangun kekuatan sebagai katalis pembangunan ekonomi," ujar Al-Falih seperti dikutip Bloomberg, Selasa (21/2).

Al Falih juga menjelaskan akan membangun energi baru sebagai program investasi yang menarik dan kompetitif. Arab Saudi berencana mengembangkan hampir 10 gigawatt energi terbarukan hingga tahun 2023 mendatang.

Kementerian Arab Saudi terkait akan mendirikan divisi untuk menangani tender sampai negara menetapkan pembeli independen baru untuk semua pasokan listrik. "Kontrak investasi energi terbarukan akan memotivasi pembangkit listrik atas sumber terbarukan yang terendah murah di dunia," imbuh Al-Falih.

Pendapatan baru

Negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania dan Maroko, kini memang sedang mengembangkan sumber energi terbarukan. Mereka sedang menghemat pemakaian minyak bumi agar dapat diekspor.

Membangun energi dari tenaga surya, angin dan pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan bagian dari rencana Arab Saudi untuk diversifikasi energi dari penjualan minyak mentah yang selama ini menjadi sumber utama pendapatan pemerintah. Proyek selanjutnya adalah membangun fasilitas energi surya 300 megawatt di Sakaka, Provinsi Al Jouf Utara.

Selanjutnya, proyek pembangkit angin 400 megawatt di Midyan, Provinsi Tabuk. Negara dengan cadangan minyak besar ini sedang beralih ke tenaga angin dan surya dengan tujuan menghasilkan listrik tanpa harus menggunakan bahan bakar yang tidak terbarukan.

Arab Saudi ingin memacu pertumbuhan ekonominya setelah dua tahun membukukan defisit anggaran akibat jatuhnya harga minyak dunia ke harga terendah. Salah satu jalan keluarnya adalah memakai energi terbarukan.

Kepala Ekonom Standard Chartered Mario Maratheftis menilai, langkah Arab Saudi ini tepat. Apalagi saat ini energi terbarukan bukan barang mahal. "Jika penggunaan domestik besar, Saudi tidak memiliki minyak cadangan untuk ekspor," kata Maratheftis. 

Editor: Rizki Caturini