KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan FIFA untuk memberikan persetujuan resmi kepada Arab Saudi sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2034 telah memicu perhatian global. Laporan resmi yang dirilis pada Jumat malam oleh Sekretaris Jenderal FIFA, Mattias Grafstrom, memberikan Arab Saudi skor keseluruhan 4,2 dari 5, memastikan tidak ada hambatan teknis bagi kerajaan ini untuk menjadi tuan rumah turnamen. Langkah ini tidak hanya membuka jalan bagi Arab Saudi untuk menggelar turnamen sepak bola terbesar di dunia, tetapi juga memperkuat hubungan FIFA dengan negara kaya minyak tersebut, yang menjadi kunci dalam rencana ekspansi organisasi ini.
Komitmen Hak Asasi Manusia: Janji atau Formalitas?
Dalam laporan sepanjang 110 halaman, FIFA menyoroti sejumlah reformasi hak asasi manusia yang dijanjikan Arab Saudi, termasuk:- Hak pekerja migran.
- Kebebasan pers.
- Larangan penyiksaan terhadap pengkritik rezim selama turnamen berlangsung.
Mengapa FIFA Memilih Arab Saudi?
FIFA tampaknya menyeimbangkan kritik Barat terhadap catatan hak asasi manusia Arab Saudi dengan kebutuhan finansial untuk mendukung rencana ambisius Gianni Infantino, termasuk:- Ekspansi Piala Dunia menjadi 48 tim.
- Klub Piala Dunia yang diperbesar, yang membutuhkan dana besar untuk hadiah dan kontrak siaran.
Risiko dan Penilaian FIFA terhadap Infrastruktur
Keterkaitan dengan Penawaran Piala Dunia 2030
Selain Arab Saudi, FIFA juga merilis penilaian untuk penawaran gabungan Piala Dunia 2030, yang melibatkan:- Maroko, Portugal, dan Spanyol sebagai tuan rumah utama, dengan skor rata-rata 4,2 dari 5.
- Argentina, Paraguay, dan Uruguay sebagai tuan rumah tambahan untuk perayaan seabad turnamen, meskipun mereka hanya mendapat skor rata-rata 3,6.