Arah BI Rate menyetir harga SUN



JAKARta. Menjelang pengumuman bunga acuan, Kamis pekan ini, harga Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan naik. Pelaku pasar obligasi memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan bunga acuan (BI rate) sebesar 5,75%.

Jika BI rate dipertahankan, pasar SUN akan terimbas positif, hingga minat investor untuk menempatkan uang di obligasi negara, meningkat. "Kecenderungannya, harga obligasi naik, hingga yield turun," ujar Imam MS, pengamat pasar obligasi, Senin (9/4).

Laju inflasi per Maret memang relatif naik, namun, menurut Imam, kemungkinan BI menaikkan BI rate terbilang kecil. Kenaikan bunga acuan bisa berimbas besar terhadap pasar SUN dan menekan minat investor. Sepanjang pekan lalu, indeks harga SUN tertekan hingga 0,51% ke posisi 110,23.


Imam memperkirakan, harga SUN terutama seri acuan, berpotensi naik 20-40 basis poin (bps), pekan ini. Harga SUN acuan tenor 15 tahun dan 10 tahun yakni FR0059 dan FR0061, kemarin, masing-masing naik ke posisi 106,750 dan 108,75. Sedangkan seri tenor menengah yakni FR0060 turun 0,28% ke posisi 104,620.

Kendati dalam jangka pendek berpotensi naik, harga SUN di jangka menengah dan panjang masih akan tajam fluktuasinya. Laju inflasi masih menjadi momok bagi inflasi. "Lonjakan inflasi bisa terjadi sewaktu-waktu, karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)," kata Imam.

Asing menahan diri

Budi Susanto, Head of Research Debt Market Danareksa Sekuritas, berpendapat, kendatipun BI rate diputuskan tetap pekan ini, pasar SUN masih akan kurang gairah. Pelaku pasar cenderung menahan diri hingga ada kepastian tentang tingkat kenaikan harga BBM. "Terlalu riskan mengambil posisi beli di saat pasar masih serba tak pasti," ujar Budi. BI rate diramal akan mempertegas sinyal bahwa bank sentral menilai tingkat inflasi Indonesia masih terjaga.

Namun, bagi investor asing hal tersebut kurang kuat menjadi pemantik untuk kembali agresif di pasar obligasi. "Mereka cenderung memegang tunai namun masih bertahan di pasar domestik," katanya.

Data Kementerian Keuangan terakhir mencatat, dana asing di SUN per 4 April 2012 adalah Rp 225,36 triliun, naik 0,28% dibandingkan nilai outstanding akhir Maret lalu. "Peningkatannya masih wajar," kata Budi.

Selain faktor inflasi dan harga BBM, faktor lain yang juga menjadi perhatian para investor pasar obligasi adalah rencana pemerintah mengerek nilai emisi SUN untuk menambal anggaran. Jika pasokan SUN bertambah, harga bisa bergerak melemah karena investor cenderung meminta yield tinggi. "Posisi tawar investor asing kuat di

pasar obligasi," kata Budi. Kekurangan pembiayaan defisit APBN tahun ini sekitar Rp 40 triliun-Rp 50 triliun. Namun, Budi optimistis hingga akhir tahun ini, SUN bullish disokong terbatasnya pilihan instrumen investasi para pemodal asing. Kondisi pasar global belum begitu cerah, hingga peminat aset domestik masih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri