Arah harga minyak menunggu hasil pertemuan OPEC+ esok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang pertemuan OPEC+, harga minyak dunia kembali terangkat. Berdasar Bloomberg pada Rabu (8/4) pukul 19.30 WIB, harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) dengan kontrak pengiriman Mei 2020 naik 1,48% ke level US$ 23,98 per barel. Kompak, harga minyak jenis brent juga menguat 0,50% ke level US$ 32,03 per barel.

Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim melihat, kenaikan harga minyak saat ini disebabkan oleh ekspektasi pelaku pasar yang memandang positif pertemuan OPEC yang dijadwalkan pada Kamis (9/4). Agenda pertemuan ini adalah untuk menentukan kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah oleh negara-negara penghasil minyak.

Pertemuan yang seharusnya digelar pada Senin (6/4) ini tertunda akibat Arab Saudi dan Rusia saling menyalahkan atas kejatuhan harga minyak saat ini. Padahal sinyal terjadinya kata sepakat antara kedua negara itu sudah mencuat.


Baca Juga: Ada pandemi corona, pemerintah jadwal ulang lelang wilayah kerja migas tahun ini

Terlebih dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memprediksi akan ada pemangkasan sebesar 10 juta barel–15 juta barel per hari. Bahkan, Trump pun menyerukan akan mengenakan tarif impor bagi Arab Saudi dan Rusia.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono melihat seandainya pemangkasan itu terjadi, dampaknya tidak akan signifikan terhadap harga minyak. Sebab, penyebaran virus corona yang membuat sejumlah negara melakukan lockdown berdampak pada berkurangnya permintaan. Apalagi, saat ini terdapat ancaman resesi global.

Bahkan, The International Energy Agency menyebut suplai minyak masih tetap kelebihan hingga 15 juta barel per hari meski telah dipangkas. “Kelebihan pasokan dan permintaan yang rendah jadi pisau bermata dua bagi harga minyak saat ini,” kata Wahyu.

Baca Juga: Harga minyak kembali naik ditopang harapan pemangkasan produksi OPEC +

Setidaknya terdapat dua skenario yang terjadi pada saat ini terkait hasil pertemuan Arab Saudi dan Rusia. Wahyu mengatakan, seandainya produksi dipangkas, dalam semester I harga minyak diperkirakan akan bergerak di kisaran US$ 20 per barel–US$ 50 per barel. Tetapi, jika pemangkasan tidak terjadi, maka harga minyak pada semester I akan bergerak di US$ 10 per barel–US$ 40 per barel.

Wahyu mengatakan, opsi terakhir berpotensi untuk terjadi mengingat posisi AS yang juga ikut berunding dalam negosiasi tersebut. American Petroleum Institute mengatakan pasokan minyak AS saat ini sebesar 11,9 juta barel per hari. Sehingga menimbulkan pertanyaan terhadap AS apakah bersedia memangkas produksi minyak.

Baca Juga: Wall Street terkoreksi, dipicu penurunan harga minyak dunia

Iran sebagai negara anggota OPEC pun belum menyetujui kesepakatan tersebut. Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh masih menunggu kejelasan dari negosiasi pada pertemuan nanti. Zanganeh masih mempertanyakan kepastian jumlah pemangkasan dan durasinya, serta seberapa besar AS dan Kanada akan memangkas produksinya.

Sementara itu, Ibrahim melihat seandainya hasil memutuskan untuk sepakat memangkas produksi, harga minyak akan dapat terangkat secara signifikan. Ibrahim menghitung harga minyak pada semester I akan bergerak di rentang US$ 19 per barel– US$ 42,50 per barel. Sementara, jika tidak ada pemangkasan, Ibrahim menghitung harga minyak pada semester I akan bergerak di rentang US$ 17 per barel–US$ 30 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati