JAKARTA. Harga minyak mentah masih tenggelam. Padahal, beberapa produsen utama minyak sepakat membahas pemangkasan produksi minyak pada 1 Maret 2016. Mengutip Bloomberg, Jumat (19/2), harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Mercantile Exchange turun 3,67% ke level US$ 29,64 per barel dibanding hari sebelumnya. Bila dihitung sepekan terakhir, harga minyak cuma naik 0,67%. Nanang Wahyudin, Analis Finex Berjangka, mengatakan, koreksi harga minyak disebabkan oleh lonjakan persediaan minyak Amerika Serikat (AS). Energy Information Administration (EIA) melaporkan, Kamis (18/2) lalu, cadangan minyak mingguan AS naik 2,1 juta barel. Hasilnya, stok minyak AS mencapai 504,1 juta barel. Ini posisi tertinggi sejak tahun 1930.
Bill O'Grady, Chief Market Strategies Confluence Investment Management di St Louis, AS, memprediksi, sebagaimana dikutip Bloomberg, pasokan minyak negeri Uwak Sam di akhir April 2016 bisa mencapai level 560 juta barel. "Saat ini kondisi pasokan dan stok minyak di AS terus membanjiri pasar, padahal permintaan nyaris terus turun," tutur Nanang. Saat ini, harga minyak diprediksi cenderung melemah dalam rentang terbatas. "Memang ada potensi kenaikan, karena secara verbal Rusia memberi sinyal ada arah positif dalam diskusi dengan OPEC yang ditentukan Maret 2016," jelas Nanang. Tapi, masih sulit berharap ada perubahan pergerakan harga minyak jika pasokan terus membanjir. Hitungan Nanang, hingga akhir Februari ini harga minyak hanya akan bergulir di kisaran US$ 26–US$ 32 per barel. "Kecuali pada awal Maret baik Rusia dan anggota OPEC sepakat memangkas produksi," tambah Nanang. Saat ini, negara-negara produsen minyak tengah bertemu membahas kemungkinan pemangkasan produksi minyak. Jika produksi tidak dipangkas, kenaikan harga hanya bakal sementara dengan tren yang tetap bearish. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Asia Tradepoint Futures, mengatakan, pasar harus menanti kesepakatan Rusia, Arab Saudi dan Venezuela pada 1 Maret 2016 untuk mengetahui pasti arah harga. Menteri Energi Rusia Alexander Novak, Sabtu (20/2) lalu menyatakan, negara produsen utama seperti Rusia, Arab Saudi, Venezuela beserta negara anggota OPEC lain siap memangkas produksi untuk menjaga level harga minyak.